Abu Hasan Diganti Dari Ketua PDIP Sultra Sudah Tepat Namun Terlambat

Penulis: Mukmin Syarifuddin SSos MSi

Saya mantan calon anggota DPRD Kabupaten Buton Utara (Butur) – PDIP, Mukmin Syarifuddin SSos MSi, sejak awal, pada tahun lalu, bersama beberapa senior PDIP di Butur telah melakukan upaya. Kala itu momentum pergantian pimpinan PDIP Butur, agar Abu Hasan diganti  posisi Ketua PDIP Butur.

Hal itu kami lakukan, berdasarkan apa yang kami alami, kami rasakan atas kepemimpinan Abu Hasan di PDIP.
Justru yang membuat saya heran, secara pribadi, apa yang menjadikan dasar pertimbangan saat itu?, sehingga Abu Hasan sampai didaulat menjadi Ketua  PDIP Sultra, menggantikan Ir Hugua, yang menurut kami sangatlah tidak tepat.

Keputusan DPP PDIP mengganti Abu Hasan, justru seharusnya dilakukan sejak tiga atau enam bulan yang lalu, karena semakin lama dibiarkan, seperti sekarang ini, tentu akan sedikit agak merepotkan bagi ketua PDIP Sultra yang baru, Lukman Abunawas, dalam menata posisi partai menghadapi Pilkada 9 Desember 2020 di tujuh Kabupaten/Kota di Sultra.

Secara pribadi, saya berkeyakinan, Lukman Abunawas sebagai Wakil Gubernur, juga memiliki pengalaman yang lebih baik dalam mengelola organisasi. Pastilah telah memiliki strategi, langkah-langkah yang tepat untuk menyelamatkan PDIP dalam memasuki perhelatan Pilkada di Sultra saat ini.

Saya hanya memberikan sedikit masukan atau yang sifatnya saran kepada Ketua PDIP Sultra, demi keselamatan partai, dan agar seluruh masyarakat di wilayah Butur kembali percaya pada PDIP, maka akan sangat tepat, sebelum terlambat melakukan pendalaman secara objektif terhadap Abu Hasan, yang bakal maju kembali sebagai calon Bupati Butur, melalui PDI P.

Melakukan pengamatan secara serius dan jujur, metode survey terukur, terutama atas figur Abu Hasan, juga kepada seluruh bakal calon kepala daerah yang ada di Butur. Agar PDIP dapat menemukan figur, calon Bupati dan calon Wakil Bupati yang diterima publik/masyarakat Butur.

Dengan cara seperti itu, insya Allah, PDIP, terkhusus di Butur, akan kembali meraih simpatik, kepercayaan masyarakat, sebagaimana Pilkada yang lalu, saat Abu Hasan diusung oleh PDIP.

Sebagai gambaran umum, kondisi hari ini sudah tidak sama dengan lima tahun yang lalu. Bila melihat perolehan kursi PDIP di DPRD Butur, saya tahu persis situasi saat Pilcaleg, teman-teman yang duduk dikursi legislatif Butur, merupakan upaya dan ikhtiar pribadi masing-masing. Artinya, dengan posisi PDIP, partai pemenang Pilkada, dengan masyarakat sangat antusias saat Pilkada, maka posisi Ketua DPRD Butur seharusnya berada ditangan PDIP.

Dalam upaya menjaga etika dalam proses kehidupan demokrasi, maka saya hanya memberikan gambaran umum seperti yang telah saya sampaikan.

Yang pastinya, fakta hari ini tentulah menarik. Keputusan DPP PDIP yang melakukan pergantian Ketua PDIP Sultra.  Tentu publik Sultra secara umum akan bertanya,
akan tetapi bagi saya dan senior-senior PDIP di Butur, hal ini bukanlah sesuatu yang mengherankan, justru kami mengganggapnya ini keputusan yang terlambat. Apa yang terjadi ini, seharusnya terjadi tiga atau enam bulan lalu.

Oleh karena itu, hal ini haruslah menjadi catatan bagi seluruh masyarakat Butur. Pergantian Abu Hasan yang masih menjabat Bupati Butur, dimana dia telah menyatakan maju kembali sebagai calon Bupati Butur, untuk periode keduanya.

Melalui PDIP, seluruh masyarakat Butur harus merenungi kejadian hari ini.
Salah satu perenungan yang harus kita lakukan yakni, membandingkan apa yang kita rasakan selama Abu Hasan menjadi Bupati Butut.

Apabila yang kita lihat, yang kita rasakan, yang kita alami, kurang berkenan dengan nurani terdalam didasar jiwa kita.  Maka keputusan secara kepartaian diinternal PDIP, mengganti Abu Hasan dari jabatan Ketua PDIP Sultra,  merupakan keputusan yang tepat.

Akan tetapi apabila yang kita rasakan, yang kita alami, yang kita lihat, semua kebijakan selama Abu Hasan menjadi Bupati Butur, termasuk karakter dan perilaku pribadi menurut kita mayoritas yang ada di wilayah Butur, masuk pada kategori yang sesuai dengan hati kita, dengan nurani kita, maka kejadian pencopotan  Abu Hasan dari Ketua PDIP Sultra, boleh kita katakan merupakan keputusan yang kurang tepat. Dan kita bisa katakan Abu Hasan didzalimi.

Diluar dari itu semua, kita sebagai masyarakat yang berada diwilayah kepemimpinan Abu Hasan, tentu dapat mengambil beberapa kesimpulan yang bisa kita jadikan renungan.

Pertama, pencopotan Abu Hasan, bisa saja dilakuķan karena ada persoalan serius didalam internal PDIP, saat Abu Hasan menjadi Ketua PDIP Sultra selama kurang lebih satu tahun ini.

Kedua, pencopotan ini dilakukan atas kondisi dan situasi penerimaan publik, atas survey yang dilakukan PDIP, atas kelayakan potensi Abu Hasan dapat menang kembali Pilkada periode kedua, pada 9 Desember 2020 mendatang.

Ketiga, PDIP melihat situasi dan suasana kebatinan publik yang kurang nyaman, atas kepemimpinan Abu Hasan diwilayah Butur.

Keempat, ada upaya untuk melakukan skenario yang dapat menyelamatkan PDIP atas dampak dari kepemimpinan Abu Hasan.

Secara khusus kita semua masyarakat Butur, kejadian ini mesti menjadikan kita paham, tanpa mesti diungkapkan secara gamblang dan terbuka. Yakni, baiknya, Pilkada  9 Desember 2020, kita memilih calon Bupati yang telah kita kenali menyeluruh, telah kita rasakan kepemimpinannya, kita paham segala tingkah laku, kepribadiannya. Sehingga kita dapat menemukan Bupati dan Wakil Bupati yang tepat, untuk meletakkan dasar, pondasi pembangunan Butur lima tahun kedepan. Bila perlu sampai pada waktu jangka panjang.

Ini pandangan secara pribadi,  tanpa memaksakan kehendak, karena itulah demokrasi.

Berbeda itu baik, tetapi didalam perbedaan itu tentu akan lebih baik, jika kita terus melakukan perenungan, pengkajian, pendalaman, sehingga kita dapat menemukan titik persamaan yang seimbang, yang selaras, dan yang sejalan.

Atas dasar itu saya menyatakan mendukung pasangan bakal calon Bupati – Wakil Bupati, Drs H Muhammad Ridwan Zakariah, MSi – Kompol Ahali SH MH.

Kedua figur ini bagi saya telah cukup referensi dan preferensi, atas karakter, sifat kepribadian,  semua aspek yang menjadikan dasar saya dalam menentukan pilihan untuk pemimpin Butur.

Saya kira mayoritas masyarakat Butur telah mengenal baik H Muhammad Ridwan Zakariah – Ahali.

Ridwan Zakariah selama menjabat sebagai Bupati Butur periode pertama, telah menunjukkan manajemen kepemimpinan yang baik. Membangun Butur secara nyata, dan dirasakan masyarakat. Infrastruktur jalan lebih baik dari kondisi Butur saat ini.

Saya kira sudah saatnya sekarang ini kita mendukung kembali beliau untuk melanjutkan program pembangunan yang tertunda, yakni salah satunya pembangunan Bandara.

Bagi saya pribadi infrastruktur pembangunan Bandara merupakan syarat mutlak yang dapat membuat Butur untuk memiliki harapan maju dan sejajar dengan daerah-daerah lain di seluruh Wilayah Republik Indonesia.

Kalau kita melihat contoh terdekat di Kabupaten Wakatobi, maka itu harus menjadikan kita sadar, bahwa Bandara ini merupakan pintu gerbang ekonomi, kemajuan suatu daerah.

Butur memiliki potensi yang sangat kaya raya, baik potensi wisata, budaya, dan lainnya. Semuanya itu dapat digerakkan untuk bernilai ekonomi kerakyatan, apabila tersedia akses keterbukaan wilayah, bisa terkoneksi dengan daerah-daerah lain di seluruh wilayah di Indonesia, bahkan dunia. Maka untuk dapat menghubungkan Butur dengan daerah lainnya, secara cepat dan terbuka, Bandara adalah solusinya.

Bahkan, syarat mutlak majunya daerah sekarang ini, baik jangka pendek, apalagi jangka panjang, yakni akses transportasi udara. 

Selain soal pembangunan Bandara, tentu infrastruktur jalan yang merupakan akses transportasi utama yang dilalui seluruh masyarakat Butur,  menjadi sesuatu yang harus dan wajib segera dilakukan.

Tentu kita ingat dimasa pemerintahan Ridwan Zakariah,kondisi jalan raya, baik itu status jalan Provinsi maupun Kabupaten, lebih baik daripada hari ini.

Oleh karena itu dengan tidak mengesampingkan dan menyepelekan bakal calon Bupati dan Wakil Bupati yang lain, saya mengajak kepada seluruh masyarakat Butur untuk dapat mempertimbangkan secara matang, mencocokan karakter, kemampuan, pengalaman figur bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Butur dengan kebutuhan daerah, kebutuhan kita, atas situasi sekarang ini dalam hal pembangunan infrastruktur dan lapangan kerja, serta kebutuhan daerah dalam waktu jangka  panjang kedepannya.

Ketepatan kita menentukan pemimpin yang sesuai kebutuhan daerah, kebutuhan kita sekarang ini, jangka pendek, menengah dan jangka panjang, akan menjadi jalan lurus menuju Butur maju, sejajar dengan daerah lain di seluruh wilayah Indonesia. 

Mudah-mudahan dengan apa yang terjadi selama ini, akan menjadikan kita masyarakat Butur lebih dewasa, lebih berpengalaman dalam menjalani roda kehidupan kita, sebagai daerah otonomi yang baru akan memasuki ketiga kalinya pemilihan kepala daerah. Dan baiknya kita satukan komando bersama mendukung, memilih calon pemimpin Butur, pasangan calon Bupati – Wakil Bupati Drs H Ridwan Zakariah MSi – Kompol Ahali SH MH (RIDA).

Komentar