Air Bah Murka Alam, Air Mata Duka Mendalam, Air Mulut Pemimpin Kelam

Oleh: LM. Irfan Mihzan (Pemred Kasamea.com)

Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah, SAW telah bersabda, “Ketahuilah: kalian semua adalah pemimpin (pemelihara) dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya tentang rakyat yang dipimpinnya. (HR Abu Dawud). 

Air Bah Murka Alam

Saya membuka aplikasi KBBI untuk mencari tahu arti air bah, dan seketika itu juga muncul kata banjir. Menelusuri lebih lanjut, kata banjir memiliki arti berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap (tentang kali dan sebagainya). Arti lainnya, air yang banyak dan mengalir deras ; air bah.

Sering terbesit tanya dalam benakku, mengapa air bah kerap hadir tanpa alarm terlebih dahulu, tanpa stom (ibarat sebuah kapal bila akan bersandar di dermaga). Dia langsung menerjang, menghempas setiap benda atau mahluk apa saja yang ada didepannya. Menghanyutkannya sampai ke titik terendah arus air kali atau aliran sungai.

Sekejap saja tak butuh waktu lama, air bah mampu menghanyutkan. Menghilangkan nyawa pun tak terelakkan. Namun tentu saja air bah bukan ujuk hadir dengan sendirinya, meskipun dia adalah tamu tak diundang.

Banyak spekulasi, juga memicu berbagai pendapat tentang air bah. Disebutlah ia sebagai suatu musibah, bencana alam. Tetapi pernahkah kita terfikir tentang kausalitas (perihal sebab akibat)?.

Ketika hujan, air hujan yang turun seharusnya dapat diserap oleh tanah. Selebihnya air hujan akan mengalir melalui saluran-saluran air, seperti selokan, kanal, dan sungai. Air hujan akan mengalir menuju ke tempat penampungan atau ke laut. Pada saat-saat tertentu hujan dapat turun dengan sangat deras. Jumlah air hujan menjadi sangat banyak. Akibatnya, saluran-saluran air tidak dapat menampung air yang berlebih dan air meluap menggenangi daratan. Peristiwa meluap, menggenang, dan mengalirnya air ke daratan inilah yang disebut dengan banjir atau air bah.

Penyebab banjir dapat disebabkan oleh berbagai hal. Banjir dapat terjadi karena sebab alamiah dan ulah manusia. Penyebab alamiah merupakan penyebab alam yang sudah semestinya terjadi. Peristiwa alam tidak dapat dihindari. Penyebab banjir oleh ulah manusia merupakan penyebab yang dipicu oleh perbuatan manusia. Ulah manusia penyebab banjir mencerminkan sikap tidak bertanggung jawab dan tidak mencintai alam.

  1. Sebab Alamiah

Terjadinya banjir karena peristiwa alam, antara lain karena curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan meningkatnya jumlah air. Air yang berlebih akan meluap atau menggenang sehingga menyebabkan banjir. Erosi atau rusaknya tanah di daerah gunung juga semakin memudahkan terjadinya banjir. Erosi di lereng gunung dapat mengakibatkan menurunnya daya serap tanah. Air hujan dalam jumlah banyak akan langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah secara cepat sehingga menyebabkan banjir bandang. Wilayah yang rendah selalu menjadi tujuan datangnya air.

Hal ini terjadi karena air selalu mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Jadi, salah satu penyebab banjir adalah posisi wilayah yang satu lebih rendah dari wilayah lainnya. Banjir juga dapat disebabkan oleh naiknya air laut ke daratan. Naiknya air laut ini dipengaruhi oleh gravitasi bulan atau matahari. Gravitasi bulan atau matahari menyebabkan permukaan air laut tertarik naik dan melembung. Peristiwa ini disebut pasang. Di daerah pesisir pantai yang rendah peristiwa pasang menyebabkan meluapnya air laut ke daratan. Peristiwa ini sering disebut banjir rob.

2. Sebab Ulah Manusia

Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah karena ulah manusia yang tak bertanggung jawab. Kerusakan-kerusakan itu selalu menimbulkan bencana bagi manusia sendiri. Banjir yang disebabkan ulah manusia, misalnya penggundulan hutan. Penebangan pohon sembarangan menyebabkan hutan menjadi gundul dan erosi. Erosi tanah mengakibatkan rendahnya daya serap tanah.

Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) juga merupakan penyebab banjir karena ulah manusia. Daerah aliran sungai merupakan tempat berkumpulnya air hujan melalui sungai. Kerusakan DAS dapat mengakibatkan aliran air tersendat dan meluap. Saat ini banyak daerah terbuka hijau yang beralih menjadi bangunan beton dan jalan beraspal. Hal ini juga merupakan penyebab banjir. Bangunan beton dan aspal menyebabkan air tidak terserap, menggenang, dan terjadilah banjir. Contoh ulah manusia yang paling sering dilakukan sebagai penyebab banjir adalah membuang sampah  sembarangan. Kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan dilakukan di jalan, di selokan, dan di sungai. Apabila hujan turun, sampah-sampah tersebut akan menyumbat saluran air. Akibatnya, aliran air terhambat, meluap, dan terjadilah banjir. (Sri Handayaningsih : https://gln.kemdikbud.go.id/).

Air Mata Duka Mendalam

Sabtu 12 Maret 2022, sebuah kabar menghentakkan negeri sara Patanguna. Berawal dari Pukul 15.45 Wita, air bah menerjang sedemikian deras dan lajunya, di sungai Ngkari-ngkari Kelurahan Ngkari-ngkari Kecamatan Bungi Kota Baubau. Seketika air bah menghanyutkan warga yang kala itu datang berkunjung, berenang bersama keluarga, kerabat, sahabat, teman mereka.

Tiga korban air bah selamat, sedangkan empat korban lainnya ditemukan meninggal dunia, setelah dilakukan pencarian selama beberapa jam.

Kala itu, dalam cemas yang menyelimuti diri, serta doa yang terus dipanjatkan, keluarga, kerabat, sahabat, teman yang mengenal korban, menanti kabar akan ditemukannya orang tersayang mereka yang hanyut terbawa air bah. Seluruhnya berharap korban ditemukan dalam keadaan selamat. Beberapa jam pencarian, suasana hening mencekam, ditepian diam takdir berkata lain, empat orang tersayang mereka ditemukan sudah tak bernyawa.

Rasa yang terdalam tertumpah mengiring kepergian empat korban, yang masing-masing masih dalam usia muda. Izinkan saya mengajak semua kita untuk mengirimkan Alfatehah untuk korban meninggal dunia. Seraya menguatkan keluarga yang ditinggalkan, semoga diberi ketabahan dalam menghadapi musibah ini.

Kedukaan melanda, dingin hati terasa, separuh jiwa pun menghampa, perih terbalut sepi. Air mata jatuh tak tertahan, melara, isak tangis mengiringi kepergian orang-orang tersayang, mereka yang telah berpulang ke pangkuan Illahi. Peristiwa ini sedemikian cepatnya berlangsung, berlalu hingga hening haru menghantar.

Di rumah duka salah seorang korban air bah, Almarhum Yayat (25), saya ikut merasakan pilu. Larut dalam sendu, hati bergetar menyaksikan ayahanda Almarhum yang tetap menujukkan ketegaran, didampingi kakak Almarhum. Di kamar jenazah, Ibunda Almarhum duduk tepat disamping ananda tersayang, yang tlah terdiam kaku. Berlinang air mata, ibunda yang mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh, membesarkan Almarhum, tertunduk menatap wajah sendu Almarhum.

Keluarga besar, kerabat, sahabat, teman Almarhum di Kelurahan Wameo, turut melayat. Terdengar penggalan-penggalan kisah, kenangan tentang Almarhum. Mereka yang mengenal Almarhum, pernah berkesan dengan Almarhum, mereka menceriterakannya.

Dia tlah pergi. Pemuda yang aktif, dan pekerja keras itu meninggalkan orang-orang yang menyayanginya. Allah Subhanahuwata’ala lebih sayang Almarhum. Bismillahirohmanirohim semoga syurga tempatmu berpulang adinda. Ditepian diam, semangatmu akan terus terjaga.

Air Mulut Pemimpin Kelam

Abdurrahman bin Samurah berkata, Rasulullah SAW bersabda kepadaku, “Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika kamu diberi jabatan karena permintaan maka tanggung jawabnya akan dibebankan kepadamu. Namun jika kamu diangkat tanpa permintaan, maka kamu akan diberi pertolongan.” (HR Muslim). Ungkapan Sayyid al-Qawm khaadimuhu “Pemimpin sebuah kaum adalah pelayan bagi kaumnya”.

Peristiwa air bah, Sabtu 12 Maret 2022, duka ini semoga menjadi yang terakhir kali terjadi.

Alam yang murka karena tangan-tangan jahat manusia yang enggan peduli lagi keberlangsungan hidup ekosistem?. Pepohonan habis ditebangnya dengan penuh keserakahan. Hutan menjadi gundul dan menimbulkan erosi!.

Warga yang datang berkunjung di sungai Ngkari-ngkari, bersahabat dengan alam sekitar, maksud menikmati karya agung sang pencipta. Mereka sekedar menyegarkan tubuh, rileks berenang bermain air. Bercengkeramah dengan sanak famili, dan/atau handai taulan!.

Patutkah menyalahkan pemimpin atas kelalaian dalam melakukan pengawasan, koordinasi, sinergi pelestarian alam/lingkungan?. Bagaimana amanah dan tanggung jawabnya. Pernahkah terfikir untuk mengantisipasi sejak dini agar tidak terjadi air bah/banjir?. Mendalami penyebab, asal muasal sehingga terjadi air bah/banjir, dan menghadirkan solusi konkrit!.

Bagi saya, air bah/banjir adalah murka alam. Ketika ekosistem alam terjamah tangan-tangan jahat oknum/kelompok peng-eksploitasi, yang hanya mencari keuntungan sesaat (type penguasa penumpuk harta, atau type kaum yang penting bisa makan dulu hari ini). Mereka tidak peduli akan dampak bahaya bagi keberlangsungan hidup manusia dan alam dimasa depan. Mereka ini kaum yang tidak memiliki iman, apalagi empati terhadap sesama mahluk hidup di dunia. Ketika ulah mereka mengakibatkan korban jiwa, luka, penyakit, atau kerugian materil, mereka masa bodoh, atau berdalih, juga berlindung dibalik ketiak kekuasaan, yang tak jarang ikut menikmati praktek culas, aksi illegal mereka.

Penyebab air bah/banjir?. Kalau bertanya ke mereka pemangku kebijakan, yah paling dalihnya yang itu-itu saja. Katanya karena hujan deras berturut-turut, berhari-hari, berjam-jam, bermenit-menit, berdetik-detik, berabad-abad, bertalu-talu, bergayung-gayung, berkeranjang-keranjang, berkarung-berkarung. Apa sajalah yang penting mereka tidak dianggap diam, alias sekedar lip service saja dulu. Seolah-olah melempar kesalahan pada hujan semata. Karenanya, sehingga volume air meningkat drastis, dan mengalir dengan kecepatan tinggi tak terbendung.

Ada juga alasan klasik, akibat hutan gundul karena penebangan kayu secara liar. Aneh kan?, mereka sudah tahu ada penebangan liar, tetapi tidak ada tindakan tegas. Aah akal bulusmu sudah ketahuan bosku, itukan bukan penebangan liar, melainkan penebangan jinak. Iya jinak, buktinya praktek terlarang itu terus berulang, dan kalian membiarkan, bahkan “bermain mata” ikut menikmati.

Lantas dimana mereka yang bertanggungjawab pada pengawasan, penindakan, pelaku begal sumber daya alam, hutan kita?.

Sudahi bosku, ingat keberlangsungan hidup anak cucu generasi dimasa depan. Mereka akan diwarisi dampak yang lebih parah, bila praktek culas terus kalian rawat. Saat ini saja, seakan menjadi fenomena, setiap tahun terjadi air bah/banjir.

Dan teruntuk yang terhormat para pemangku kebijakan, fokuslah pada langkah solutifnya, jangan hanya retorika. Demi masa depan hutan kita, yang berujung pada keselamatan, keberlangsungan hidup masyarakat.

Bagi publik, peran partisipatifnya juga tidak bisa lepas dalam mencegah terjadinya air bah/banjir, yakni dengan menerapkan hal positif dalam kehidupan keseharian, menjaga alam tetap lestari. Pemerintah daerah punya tanggung jawab. Sama-sama berjalan, balance, antara lain dengan tidak membuang sampah sembarangan, melakukan penghijauan, tidak menebang pohon secara liar, melakukan tebang pilih tebang tanam. Mengatur tata kota yang baik, membuat sistem drainase yang baik, tidak mengaspal jalan terlalu padat, membuat saluran air bawah tanah, mengatur keluarnya debit air, membuat saluran air bawah tanah, membuat lubang biopori. Sesuai kondisi, kebutuhan prioritas. Atau memungkinkan ada solusi terbaik lainnya, agar air bah/banjir dapat dicegah, bukan hanya penanggulangan pasca saja yang dilakukan.

Wahai sang pemimpin, jadilah engkau penerang. Sebab hadirmu adalah tumpuan masyarakat, akan asa hidup yang lebih baik, lepas dari belenggu masa suram yang terlewati. Janganlah lagi engkau wariskan sebuah negeri antah berantah nan kelam bagi sesamamu.

Air bah/banjir diantara warisan atau legasi sang pemimpin.

Membiarkan air bah/banjir terus berulang, akan menjadi bumerang penggerus elektabilitas sang pemimpin. Pun amanah yang tercederai. [La MIM]

Komentar