Basiran Menggebrak, “BUTON Di Ha Ti”

Catatan LM Irfan Mihzan

“Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, dimana kelak dihari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin.” (Rasulullah dalam sebuah hadist Riwayat Muslim).


Rabu 31 Agustus 2022 ratusan pahlawan tanpa tanda jasa berkumpul di aula pertemuan kantor Bupati Buton. Cek and ricek, rupanya mereka menghadiri acara silaturahmi Pj Bupati Buton dengan guru-guru, para Kepala Sekolah di Bumi Aspal.

Saya pun menunggu waktu dan kesempatan untuk bisa bertemu sang Pj Bupati penggebrak tersebut. Mengapa penggebrak?, yah menurut saya, diawalnya menjabat, Basiran telah berhasil menggebrak serta mencuri perhatian publik dengan ketegasan, dan gerak cepatnya.

Slogan “BUTON D i H a T i” menjadi starting poin yang indah untuk sebuah langkah perubahan. Slogan ini diteriakkan dengan lantang, penuh semangat, dalam kekompakkan ribuan aparatur pemerintahan ASN juga non ASN Buton, di alun-alun Takawa beberapa waktu lalu.

Pengalaman Basiran dalam dunia birokrasi jangan ditanya lagi, alumni sekolah tinggi pemerintahan ini menjenjang karirnya sebagai ASN dimulai dari dasar. Dengan loyalitas, kerja profesional dan terus menjunjung tinggi integritas, iapun melesat.

Ia diberi kepercayaan mengemban amanah dengan menduduki berbagai jabatan strategis, menjadi Camat, pimpinan dalam struktur OPD, baik ditingkat kota/kabupaten/provinsi, hingga kementerian. Basiran pernah memimpin sebagai Kepala Bakesbangpol di Kalimantan Utara, juga pernah menduduki jabatan strategis di Kemendagri. Dan ketika Ali Mazi terpilih kembali sebagai Gubernur Sultra, ia pun kembali pulang ke Bumi Anoa. Ia dipercaya untuk membantu kerja-kerja pemerintahan sang Gubernur, dan sampai saat ini ia diberi amanah sebagai Kepala BPKAD Sultra.

Lanjut, setelah mengantri di ruang tunggu tamu, tak berapa lama tibalah giliran saya untuk masuk ke ruang kerja 01 Buton.

Salam sapa dan senyuman khas, masih Basiran yang saya kenal sebelum menjadi Pj Bupati Buton. Tetap dalam gestur dan seni berbicara yang santun, santai, namun penuh wibawa. Kemitraannya dengan media, insan Pers, terawat baik dalam bingkai kekeluargaan, kebersamaan membangun Negeri.

Ia menghentikan sejenak aktivitasnya, setelah mencermati isi beberapa lembaran surat, dan menandatanganinya. Obrolan kami mulai mengalir, dengan intonasi slow. Basiran mengulas langkah-langkah awalnya memimpin induk Baubau, Bombana, Wakatobi, Buton Utara, Buton Tengah, Buton Selatan tersebut.

Wajib di Pasarwajo

Basiran menegaskan bahwa, seluruh pejabat pemilik rumah dinas di ibu kota Buton (Pasarwajo), wajib menempatinya, wajib tinggal dan menetap di Pasarwajo. Kebijakan ini pun diikat dalam sebuah komitmen tertulis diatas sebuah kertas bermaterai, pakta integritas, yang ditandatangani para abdi negara sekaligus penikmat gaji, tunjangan, serta berbagai fasilitas negara tersebut.

Selain mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, langkah ini dinilai dapat menghemat jarak dan waktu dalam berkomunikasi/berkoordinasi. Menempati rumah dinas dan tinggal menetap di Pasarwajo juga bagian dari kedisiplinan/kepatuhan terhadap peraturan, pemanfaatan fasilitas negara/daerah yang telah diprogramkan Bupati Buton sebelumnya, era LM Sjafei Kahar. Bukankah dalam pembangunannya, rumah dinas ini menelan anggaran yang tidak sedikit nilainya. Belum lagi biaya pemeliharaan, perawatannya, yang tetap dianggarkan setiap tahunnya. Sayang 1000 sayang bila rumah dinas yang sudah dibangun dengan uang rakyat tidak digunakan untuk tinggal dan menetap para pejabat.

Kata Basiran, sudah tidak ada lagi alasan untuk tidak tinggal menetap di Pasarwajo, sebab para istri pejabat bersangkutan juga sudah memahami, mendukung, dan siap mendampingi aktivitas suami tercinta mereka dalam suka maupun duka. Dengan menempati rumah dinas yang telah disediakan oleh negara/daerah.

“Bisa dipastikan masyarakat mendapat manfaatnya, khususnya dari segi perputaran perekonomian. Penjual sayur, ikan, kuliner, kebutuhan primer, sekunder, semua dibeli langsung di Buton. InsyaAllah aktivitas jual beli lebih meningkat,” ucap Basiran.

Kebijakan ini juga dapat menghemat belanja bahan bakar kendaraan dinas pejabat yang kebanyakan tinggal menetap di Baubau, dan merupakan bagian dari upaya menekan angka inflasi.

Inflasi

Berbicara inflasi tentu bukan hal baru bagi Basiran, sebagai ASN yang telah banyak makan garam dan malang melintang di dunia birokrasi, terlebih ia juga selaku Kepala BPKAD Sultra.

Ia mengulang kembali apa yang disampaikannya dalam apel siaga pengendalian inflasi daerah bersama Forkopimda dan seluruh jajaran ASN dan non ASN Buton, di alun-alun Takawa, bahwa peningkatan geliat perekonomian adalah bagian dari upaya pengendalian inflasi, termasuk tinggal dan menetapnya pejabat daerah di Pasarwajo, yang meningkatkan daya beli, dan penghematan pemakaian BBM kendaraan.

“Apa yang menjadi perintah Presiden, Mendagri, Menko Marves, dan semua instansi vertikal kita lakukan satu kesatuan. Sehingga kita tinggal saja di Pasarwajo ini sudah bisa mengendalikan inflasi,” ujarnya.

Tingginya inflasi di wilayah Kepulauan Buton, khususnya di Baubau 6,8 persen, melampaui angka inflasi nasional. Untuk Pulau Sulawesi ada dua daerah dengan tingkat inflasi tertinggi, yaitu Baubau dan Watampone. Salah satu yang menyulut kenaikan angka inflasi kata Basiran, adalah penggunaan BBM. Jadi dengan tinggal di Pasarwajo, semua pejabat daerah sudah melaksanakan instruksi Presiden untuk mengurangi tingginya inflasi daerah.

“Subsidi BBM yang mengakibatkan APBN kita susah, sehingga ASN, TNI, Polri untuk naik gaji saja perlu dengan perhitungan yang luar biasa,” ucapnya.

Masih dalam upaya menekan inflasi, Selasa (30/8/22), Basiran didampingi Sekda Asnawi Jamaludin SPd MSi, mengikuti rapat koordinasi nasional pengendalian inflasi tahun 2022 yang berlangsung secara virtual, dengan tema kebersamaan dalam menangani inflasi daerah. Rapat juga diikuti Forkopimda Buton, Kapolres Buton AKBP Rudy Silaen SH SIK MSi, Kepala Kejaksaan Negeri Buton Ledrik Victor Mesak Talaendengan SH MH, Dandim 1413/Buton diwakili Pabung Buton Mayor Arh La Ode Mursalim.

Dalam rapat tersebut, Mendagri menyampaikan perlunya langkah-langkah antisipatif untuk menangani lonjakan inflasi. Dan untuk itu Presiden juga telah mengingatkan, utamanya pemerintah daerah, agar selalu waspada terhadap pengaruh ekonomi dunia, sebab kontribusi Pemerintah Daerah dalam pengendalian harga di daerah masing-masing, berdampak besar dalam pengendalian inflasi nasional.

Pendidikan

Menurut Basiran guru adalah penyuluh bangsa, penerang dalam gelap, penuntun anak generasi untuk memperoleh ilmu pengetahuan, ujung tombak peningkatan sumber daya manusia. Dunia pendidikan tanpa guru, hancur sudah. Dibutuhkan guru untuk mewujudkan pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Buton, sampai ke pelosok.

Mengawali kepemimpinannya, salah satu yang menjadi perhatian utama Basiran adalah Pendidikan. Untuk itu ia langsung memerintahkan kepada Kepala Dinas Pendidikan segera menyetorkan data guru, jumlah peserta didik, dan sekolah yang ada di Buton.

Ia menegaskan, tanpa data, maka akan sulit untuk bisa melakukan pembenahan, sebab targetnya rasio guru harus merata, sesuai jumlah siswa, agar meng-efektif-kan kegiatan belajar/mengajar di seluruh sekolah. Ditunjang sarana prasarana yang ada, fasilitas pendidikan juga mendukung kelancaran proses belajar mengajar.

Basiran menuturkan, penataan dalam bidang pendidikan dimulai dengan penempatan guru yang merata di seluruh sekolah, baik guru ASN maupun non ASN. Tak lepas, adalah kesejahteraan guru, serta peningkatan kompetensi. Harus berjalan seimbang antara hak dan kewajiban bagi guru.

Pendidikan adalah tonggak majunya sebuah peradaban, salah satu investasi penting dalam peningkatan taraf hidup, kesejahteraan masyarakat, saat ini dan dimasa depan.

Ia menghimbau semua guru di Buton agar senantiasa profesional dalam meningkatkan kwalitas pendidikan. Menyatukan niat bahwa bapak ibu guru adalah penyuluh bangsa yang tidak dimiliki semua orang, melainkan hanya guru.

Dalam silaturahminya dengan pengurus serta anggota Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Buton Basiran berharap para guru dapat memberikan pendidikan terbaik bagi anak didik, sehingga kwalitas SDM Buton semakin baik, dengan pendidikan bermutu yang menjadi kunci utamanya.

Menyangkut kesejahteraan guru, Basiran menyampaikan akan berupaya meningkatkan kesejahteraan guru, termasuk tunjangan yang layak bagi guru honorer.

Pertemuan dengan para pahlawan tanpa jasa tak hanya berhenti pada sebatas retorika dalam pertemuan silaturahmi ini, sebab Basiran menitip tugas lanjutan kepada Ketua PGRI Buton untuk mengidentifikasi permasalahan yang melingkupi dunia pendidikan di Buton, khususnya yang dihadapi para guru. Permasalahan nantinya akan didiskusikan bersama, untuk merumuskan solusi terbaik bagi peningkatan mutu pendidikan di Buton.

Menyangkut fasilitas penunjang, ruang belajar, laboratorium, dan lainnya, Basiran menekankan penggunaan dana BOS yang tepat guna, tepat sasaran, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tak kalah pentingnya, melawan stunting. Kata Basiran, angka stunting harus diturunkan seiring dengan peningkatan mutu psendidikan, peningkatan SDM ditengah SDA Buton yang melimpah.

Angka stunting di Sultra masih cukup tinggi, oleh karena itu menurut Basiran, stunting tidak bisa didiamkan, dan harus ditangani secara bersama-sama.

Pasar

Masih dengan intonasi yang konstan, Basiran meneruskan uraiannya tentang fokus proyeksinya akan Buton tercinta. Ia menyinggung tentang pembangunan pasar di Buton, yang seharusnya bisa lebih mendatangkan impak lebih besar pada geliat perekonomian.

Pembangunan setiap pasar harus didasari dengan perencanaan yang matang, memperhatikan aspek manfaat, dengan lokasi strategis. Sehingga dapat dipergunakan lebih maksimal, dan diisi dengan ramainya aktivitas jual beli.

Menurutnya, masyarakat pasti akan berlomba-lomba untuk bisa menempati sebuah pasar untuk berdagang, bila sejak awal pembangunan pasar tersebut melalui proses perencanaan yang matang.

Basiran menekankan kepada OPD teknis untuk lebih memaksimalkan memantau fluktuasi harga kebutuhan pokok, serta akan melakukan sidak secara berkala di Pasar yang ada di Buton. Untuk bisa mengontrol langsung harga barang, serta ketersediaan kebutuhan pokok tersebut, yang juga masih relevan dengan upaya menekan inflasi.

Sumpah Jabatan


Sumpah jabatan Pj Bupati Buton Drs Basiran MSi:

“Demi Allah saya bersumpah, akan memenuhi kewajiban saya sebagai Penjabat Bupati Buton dengan sebaik-baiknya dan seadil-adlnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, dan menjalankan segala Undang-Undanh dan Peraturan dengan selurus-lurusnya. Serta berbakti kepada masyarakat, nusa dan bangsa”.

Potret Basiran saat mengucap sumpah dengan penuh hikmad, lengkap dengan kalimat sumpahnya, terbingkai dan terpajang indah tepat di depan meja kerja, di dinding ruang kerjanya.

Masih terus terngiang dalam ingatannya, betapa menggetarkan jiwa ketika mengucap sumpah. Kata dia, potret tersebut sengaja ia pajang disana, sebagai pengingat setiap ucap serta tindakannya dalam menahkodai Buton.

“Jadi bisa saya lihat terus sumpah itu, meskipun sudah tertanam dalam jiwa. InsyaAllah menjadi penuntun, terus berbuat yang terbaik untuk daerah ini, junjung tinggi amanah serta kepercayaan yang diberikan,” ucap Basiran.

Tak terasa obrolan kami yang bagaikan air sungai mengalir, harus terhenti, karena mengingat masih ada tamu lain, juga masih padatnya jadwal kerja/kegiatan Pj Bupati Buton.

Usai mengecap ragam argumentasi nan inspiratif, kami pun berpose berdua. Penuh semangat, dalam spirit serta optimisme membangun Buton, Basiran mengajak mengepalkan tangan kanan, dan meletakannya tepat didada, sembari berucap “BUTON D i H a T I”, dan saya pun mengikutinya.

Selanjutnya saya pun bertolak meninggalkan kawasan perkantoran Takawa, kembali pulang ke Baubau Negeri Syara Patanguna.

Dalam perjalanan saya berimajinasi tentang slogan “BUTON D i H a T i”. Saya membayangkan bahwa:

BUTON adalah Negeri Tercinta.

D i H a T i adalah akronim : Di = Dinamis, Ha = Harmonis, Ti = Produktif & Kompetitif.

Bagi saya slogan tersebut menjadi intisari bincang singkat dengan sang Pj Bupati penggebrak, diawal pertemuan, silaturahmi saya, sejak ia menjadi 01 Buton. ***