Buton
Konstelasi politik jelang Pilkada Buton terus berkembang dan cenderung dinamis ditandai hadirnya beberapa figur yang sudah menyatakan diri untuk maju Calon Bupati – Calon Wakil Bupati (Cabup – Cawabup). Tak hanya adu ide/gagasan program yang ditawarkan kepada masyarakat, belakangan telah diproduksi pula isu putera daerah.
“Bahwa yang dipilih adalah figur putera daerah”. Isu ini demikian cepat meluas, menyebar ditengah masyarakat, yang kemudian dikaitkan dengan munculnya Bakal Calon Kepala Daerah (Bacakada) Buton, Ledrik Victor Mesak Takaendengan SH MH.
Atas isu putera daerah tersebut, Ledrik yang saat ini masih menjabat Kepala Kejaksaan Negeri Buton, dikabarkan batal maju Cakada di Negeri Penghasil Aspal Terbesar d Dunia.
Redaksi Kasamea.com belum berhasil mewawancarai Ledrik, guna klarifikasi isu pembatalan pencalonan dirinya.
Singkat tentang putera daerah, yang kerap dipercayakan khalayak, bahwa putera daerah adalah seseorang yang dilahirkan dari daerah tersebut dan mereka yang tidak lahir di daerah tersebut, tetapi memiliki orang tua yang berasal dari daerah tersebut. Kemudian, seseorang yang dilahirkan di daerah tersebut, baik dengan orang tua yang asli daerah tersebut ataupun dengan orang tua dari luar daerah.
Ada kalangan yang menganggap isu putra daerah sebagai upaya perongrongan atas nilai-nilai kesetaraan dan pluralisme, serta proses integrasi sosial. Selain itu juga dinilai sebagai pencederaan terhadap substansi nilai demokrasi, yang sejatinya memberikan hak yang sama bagi setiap orang untuk memilih dan dipilih dalam sebuah kontestasi politik.
Ledrik sendiri dikenal sebagai sosok yang berkarakter kuat, vokal, dan selalu mengutarakan pemikiran-pemikiran konstruktifnya dalam setiap kesempatan diskusi. Membangun Buton lima tahun kedepan, Ia sudah memiliki konsep yang jelas dan terukur, yang diyakini bisa menjawab kebutuhan masyarakat Buton, akan hadirnya keadilan dan kesetaraan, dalam meningkatkan kesejahteraan.
Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung
Sejak memijakkan kaki di tanah Buton, Ledrik sangat menyadari bahwa niat tulus serta kesungguhan-lah yang bisa memuluskan dirinya dalam menunaikan amanah sebagai orang nomor 1 di Kejaksaan Negeri Buton, memimpin jajaran yang ia banggakan. Sebelum sampai di negeri Aspal terbesar di dunia ini, Ledrik sudah sangat lekat dengan Kebutonan, sebab di Ambon, ia dekat secara emosional, akrab dengan penduduk asal Buton. Bijak menjunjung tinggi falsafah, adat dan budaya, nilai-nilai kearifan lokalnya.
Itu pula-lah yang meringankan dirinya dalam mengkoordinasikan jajarannya pada setiap penyelesaian permasalahan hukum yang ditangani. Pendekatan persuasif, namun tetap profesional dan berintegritas, yang selalu ditanamkan seorang Ledrik kepada jajarannya.
Masuk dalam bursa Bakal Calon Kepala Daerah (Bacakada) Buton pada Pilkada 2024, Ledrik mengungkapkan kesungguhannya mendedikasikan diri untuk Buton tercinta. Dengan konsep S.M.A.R.T “Sejahtera – Maju – Agamis – Ramah – Transparan”, jargon ‘sakti’ yang diusungnya dalam perhelatan Pilkada Buton 2024.
Sejahtera
Menempatkan Sejahtera sebagai causa prima, menurut Ledrik, Kesejahteraan adalah esensi cita-cita dari lahirnya kepemimpinan di suatu daerah. Pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat, harus adil dan merata dari ibukota kabupaten sampai ke pelosok desa, demi Kesejahteraan seluruh masyarakat.
Sejahtera disini artinya kondisi kehidupan setiap individu, keluarga, ditengah masyarakat, aman sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala macam gangguan). Keadaannya baik, Buton orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat, dan damai.
Masyarakat menjadi penggerak (subjek) pembangunan, bukan objek, pemerintah harus mampu mendengar aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Sehingga, proses pembangunan yang kita laksanakan bisa dikawal, diawasi, dipelihara dan dimanfaatkan dengan baik oleh semua lapisan masyarakat.
Maju
Berbicara kemajuan berarti bergerak atau tampil kedepan. Buton harus lebih baik, lebih berkembang bahkan lebih pesat hingga mencapai atau berada pada tingkat peradaban yang tinggi. Seluruh aspek kehidupan, pembangunan, serta orientasi harus lebih maju.
Agamis
Mayoritas Islam, spiritualitas di Buton adalah sebuah keniscayaan. Bersama para tokoh agama, tokoh adat dan tokoh budaya, kita realisasikan program membangun dari Masjid.
Mulai dari fasilitas, sarana prasarana, serta kegiatan Islami, sudah seyogianya menjadi prioritas. Mensejahterakan Masjid, harus seiring sejalan dengan mensejahterakan warga di sekitarnya. Harus bisa dipastikan, dalam radius 1 KM dari masjid, tidak ada lagi warga miskin, tidak ada lagi minuman keras yang tercium apalagi dijual bebas. Ini prioritas.
Ramah
Secara turun temurun Buton dihuni oleh masyarakat yang dikenal dengan keramahannya. Perilaku budi pekerti luhur ini, spirit dan penguatannya akan lebih ditingkatkan lagi dengan menerapkan pelayanan pemerintah yang ramah.
Wajib bagi seluruh aparatur disetiap organisasi perangkat daerah, agar bisa senantiasa bisa memberikan kenyamanan kepada masyarakat yang diberi pelayanan. Termasuk keramahan di lingkungan satuan pendidikan, juga ditingkat pemerintah kecamatan, kelurahan/desa. Ramah dalam melayani, berinteraksi, akan berdampak pada kualitas pelayanan, serta kualitas kehidupan sosial kemasyarakatan itu sendiri. Dengan keramahan juga, para tamu dari luar daerah akan merasakan kenyamanan dan membawa kesan indah sepulangnya dari Buton.
Transparan
Transparansi pelayanan pemerintahan didukung dengan sistem digitalisasi yang memadai, SDM aparatur yang berkomitmen pada terciptanya pemerintahan yang bersih. Sehingga program pembangunan berjalan tanpa adanya praktek korupsi kolusi nepotisme, yang selama ini membayang-bayangi, menjadi momok bagi masyarakat.
Konkritnya, kedepan kita benahi Tata Kelola Anggaran secara transparan, dimulai dari tahapan perencanaan, pembahasan, sampai pada pelaksanaan. Kita akan membuka akses publik, media sosial, akan terpublikasi karena tagline kita adalah #MembangunTanpaKorupsi. Ini adalah bentuk akuntabilitas serta bentuk tanggung jawab moral Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
Demikian ulasan singkat Ledrik, sebagai gambaran umum dari jargon S.M.A.R.T yang diusungnya sebagai Bacakada Buton.
Tak lupa, Ledrik yang saat ini masih menjabat Kepala Kejaksaan Negeri Buton, mengajak kepada seluruh pihak agar menyongsong pesta demokrasi Pilkada 2024 dengan kegembiraan. Tanpa merusak jalinan persaudaraan/ kekeluargaan, tanpa saling menghujat, tanpa menjatuhkan, apalagi sampai terjadi kekisruhan, mengganggu kondusivitas, kamtibmas.
“Kita semua basudara, oleh karena itu, demi Buton tercinta mari kita tunjukkan sikap berdemokrasi yang sehat, santun, sesuai filosofi Bhinci-bhinciki Kuli, yang melahirkan Sara Pataanguna; Pomae-maeka (saling hormat), Popia-piara (saling memelihara), Pomaa-maasiaka (saling menyayangi), dan Poangka-angkataka (saling menghargai),” ajak Ledrik, saat diwawancarai beberapa waktu lalu. (Redaksi)
Baca juga:
Komentar