Baubau
Suasana Kebutonan sangat kental terasa dalam acara tatap muka pasangan calon walikota – wakil walikota Baubau Drs La Ode Mustari MSi – Zahari SE dengan warga Kelurahan Melai. Acara yang diinisiasi dan didanai secara mandiri oleh warga, pemuda Melai ini, dihadiri ratusan warga.
Didalam benteng keraton Kesultanan Buton, sebagai pusat peradaban kejayaan Kesultanan Buton, paslon berakronim MATAHARI ini diterima dengan penuh keakraban. Betapa tidak, Mustari dan Zahari menjalin komunikasi dengan menggunakan bahasa Wolio (Bahasa Wolio) fasih.
Baik Mustari maupun Zahari, sama-sama memiliki kenangan berkesan tersendiri di Melai.
Almarhum kakek Mustari semasa hidupnya adalah Imam Masjid Agung Keraton Buton. Kala itu Mustari kecil sering membersamai sang kakek, sehingga nilai-nilai kearifan lokal, adat budaya Buton sangat tertanam dalam diri dan sangat ia junjung tinggi. Terlebih dilingkungan keluarga mereka, ayah ibunda tercinta juga mewariskan hasanah Kebutonan.
Dihadapan ratusan warga yang hadir, Mustari menyebutkan aktivitas bocah teman-teman sebaya sepermainannya kala itu. Ia bahkan masih ingat betul nama-nama mereka. Mustari kerap kali menyampaikan pidato politiknya menggunakan bahasa Wolio (Bahasa Buton), yang juga kerap mengundang gelak tawa warga Melai yang hadir.
“Catat bapak ibu, yang bisa bahasa wolio hanya kami ini. Bagaimana membangun Baubau kalau tidak bisa bahasa wolio. Bagaimana mau kenal atau bangkitkan budaya kita,” tegas Mustari.
Mustari mengaku merasa bangga bisa berpasangan dengan Zahari, sebagai sesama putera daerah, yang memiliki komitmen kuat dalam menjaga, menjunjung tinggi, melestarikan budaya Buton.
Ia mengingatkan agar berhati-hati, sebab akumulasi budaya luar bisa mengubah, mengkontaminasi budaya, kearifan lokal. Dan disinilah pemerintah harus hadir.
“Kita harus konsisten tentang budaya kita. Obsesi saya, apapun tentang budaya kita, jadikan satu bundel untuk acuan generasi penerus kita. Satukan niat langkah kita,” tegas Mustari, yang memang dikenal sebagai orator vokal dimasanya.
Mustari juga menanggapi bijak tentang dirinya yang dihantam isu negatif. Bahwa ia sakit, dan tidak punya uang. “Sekarang ini saya sudah sehat, sudah gagah kembali. Jelek jelek begini saya pernah dua kali pj bupati, saya juga pernah sekda sultra,” ungkapnya.
Mustari tak henti mengingatkan kepada seluruh tim, relawan, simpatisan pendukung MATAHARI, agar jangan menghina atau menjelekkan kandidat lain. Kata dia, biarlah MATAHARI terus bersinar, dengan pohon beringin kokoh yang meneduhkan (Partai Golkar), ketika malam datang ada bulan bintang yang menyinari (Partai Bulan Bintang), dan ada bintang merah putih bersinar tiga arah (Partai Demokrat).
Berikut penggalan pernyataan Mustari yang menggugah hati:
“Siapapun yang jadi pemimpin di baubau ini selalu dia dari luar dulu baru pulang jadi walikota. Saya 11 tahun di kendari, sekarang saya pulangmi untuk negeriku. InsyaAllah kali ini walikota baubau dari pesisir”.
“Saya berada di melai Allah melihat dan para leluhur mendengarkan. Yakinkan para pendukung, kami ini pasangan yang luar biasa, saya berlatarbelakang birokrasi, pak haji bobi pengusaha dan ketua DPRD, kami perwakilan pesisir dan pegunungan, dan dari kaomu walaka”.
“Pak Amirul bapak pembangunan, Almarhum pak Tamrin orang paling baik dengan siapa saja, dengan konsep Kebutonan-nya. Dua karakter ini saya jadikan panutan,” lantang Mustari, disambut gemuruh tepuk tangan serta menambah antusiasme seluruh yang hadir di lapangan Kara.
Begitu pula dengan Zahari yang akrab disapa haji Bobi. Almarhum ayahnya semasa hidup lama mendedikasikan diri memimpin sebagai kepala desa di wilayah tersebut.
Lahir dan tumbuh besar di Melai, masa kecil Zahari banyak dihabiskan didalam benteng keraton Buton. Dan seperti anak kecil pada umumnya, Zahari akrab bersama teman sebaya kala itu, bermain bola serta permainan tradisional lainnya, menghabiskan waktu di area benteng terluas di dunia tersebut.
Zahari membeberkan, ia memilih berpasangan dengan Mustari karena sesama putera daerah. Mustari memiliki rekam jejak birokrasi yang matang, sehingga dengan pengalaman yang dimilikinya, mumpuni menahkodai Baubau.
Sebelum resmi berpasangan, kata Zahari, dirinya bersama Mustari sudah terlebihdahulu bersepakat, bahwa siapapun yang memiliki hasil survey popularitas- kapabilitas-elektabilitas tertinggi, maka dia-lah diposisi 01 (calon walikota). Sebaliknya, yang hasil survey-nya lebih rendah, maka harus legowo diposisi 02 (calon wakil walikota).
Disini Zahari menggelorakan pelestarian budaya Buton dengan berbagai konsep inovatif. Yang tentu saja disambut baik dan mendapat dukungan penuh.
“Mari sama-sama gelorakan budaya kita, kalau bukan kita siapa lagi yang pertahankan. Kita bangga, makanya kita harus lestarikan budaya kita,” spiritnya, saat menyampaikan pidato politik.
Mustari – Zahari sama memastikan keduanya menaruh perhatian besar pada pengembangan industri kreatif lokal, dengan penguatan SDM melalui pelatihan keterampilan, juga penguatan permodalan.
Ketua panitia, tokoh pemuda Melai, Ahmad Zakih mengatakan, kegiatan ini adalah murni inisiasi warga Anggarannya juga dikumpulkan secara mandiri dari dan oleh warga, pemuda Melai. Untuk bertatap muka langsung dengan Mustari – Zahari, yang keduanya putera daerah asli Baubau.
“Kita kenal pak Mustari – pak Zahari, beliau berdua juga kenal kita. Keduanya adalah kita (Podho,-podho yingkita : Bahasa Buton). Dua figur putera daerah yang pastinya akan melayani dengan setulus hati” ungkapnya.
Diakhir tatap muka, beberapa diantara ratusan warga yang hadir, serius memberikan saran dan masukan bagi kedua figur dambaan hati mereka.
(Redaksi)
Baca juga :
Komentar