Ledrik Bicara Sistem Pendidikan dan Insentif Guru Penggerak di Buton

Ledrik Bicara Sistem Pendidikan dan Insentif Guru Penggerak di Buton.

Buton

Loka Karya 7 “Festival Panen Hasil Belajar ” Program Guru Penggerak Angkatan IX Kabupaten Buton, sukses digelar di aula SKB Pasarwajo, 24-25 April 2024.

Kepala Kejaksaan Negeri Buton, Ledrik Victor Mesak Takaendengan SH MH yang turut menghadiri festival, menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh guru penggerak di Buton, juga Balai Guru Penggerak Provinsi Sulawesi Tenggara. Berbagai hasil belajar yang ditampilkan dalam festival ini, merupakan indikator pencapaian kerja-kerja guru penggerak selama ini, yang sekaligus juga menjadi spirit untuk terus mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Buton.

Iapun mengungkapkan perhatiannya terhadap dunia pendidikan di daerah penghasil aspal terbesar di dunia ini.

WA SARU “Wadah Adhyaksa Sahabat Guru”

Ledrik menyampaikan, sejak awal dirinya memimpin Kejari Buton, ia telah membuat program WA SARU “Wadah Adhyaksa Sahabat Guru”. Sebuah wadah untuk berinteraksi, menjalin komunikasi dengan guru dan sekolah-sekolah, yang tentunya tidak hanya untuk mengawal semua kebijakan-kebijakan anggaran di sekolah atau kepala sekolah. Tetapi juga menghimpun cara dalam meminimalisir penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di sekolah, seperti tindak pidana, bulying, maupun kekerasan terhadap anak dan perempuan di sekolah.

Bagaimana mencari terobosan membangun karakter siswa. Misalnya, saat ini banyak satuan pendidikan mengarahkan siswanya untuk menjadi seorang entrepreneurship. Kemudian bisa mendorong kelulusan tidak hanya berpijak pada nilai akademis semata, tetapi standar moral, etika, karakter juga menjadi suatu indikator penilaian yang sangat kuat, untuk meluluskan atau penaikan kelas seorang siswa.

“Ini sistem yang dibangun yah. Kita harus jalankan, sehingga kedepan kita punya murid, selain memiliki kemampuan akademis, kecerdasan (IQ) yang sangat tinggi, tetapi juga memiliki karakter, budi pekerti, emosional yang bagus (EQ) dan Akhlak, keimanan, ketaqwaan (SQ) kepada Tuhan,” urai Ledrik.

Sehingga kedepan ketika mereka terjun ke dunia kerja, maupun profesional, value ini bisa menjadi modal kekuatan mereka menjadi yang terbaik,” seriusnya.

Siswa harus menjadi anak yang tangguh, karena ketika terjun ke dunia kerja, profesional, pada waktu interview, tidak hanya pintar, tetapi juga karakter yang dinilai. Ketika siswa sudah punya karakter yang baik, maka siswa sudah siap masuk ke dunia kerja, pun dunia profesional.

Guru Penggerak Hamba Murid

“Pesan kepada para guru penggerak, agar terus semangat, terus menjadi hamba murid. Kita akan perjuangkan insentif mereka, saya akan titip ke pemerintah daerah, maupun pak Pj Bupati, dan maksimalkan peran guru sebagai pengajar dan pendidik, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Buton,” ujar Ledrik.

Sebagai seorang yang bertumbuh dikalangan keluarga pendidik, atau keluarga guru, orang tua Ledrik adalah guru, keduanya Kepala Sekolah Dasar. Begitu pula kakak pertama, kedua dan ketiga, termasuk Istri Ledrik, juga seorang guru.

Menurutnya, keberadaan guru penggerak perlu mendapat perhatian pemerintah daerah. Guru penggerak bisa maksimal bekerja bila pemerintah daerah juga turut memberikan suport, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan guru penggerak. Sehingga mereka dapat memberikan pelayanan maksimal.

Pengamatannya, kata Ledrik, dalam menjalankan tugas, guru penggerak terkadang harus menempuh perjalanan yang jauh dari satu lokasi ke lokasi yang lain.

Guru penggerak juga punya kesempatan untuk menjadi pengawas, keberadaan guru penggerak dapat diawasi oleh pengawas, sehingga program bisa berjalan dengan baik. Namun untuk itu, tidak ada guru penggerak yang mau menjadi pengawas, karena kendala transportasi dan sebagainya. Sehingga pemerintah daerah harus lebih serius dan lebih komitmen dalam melihat, bahwa keberadaan guru penggerak dan pengawas guru penggerak harus mendapat alokasi anggaran yang cukup, sebagai insentif bagi mereka dalam bekerja.

Disisi lain, bila melihat salah satu semangat keberadaan guru penggerak, adalah mereka telah berkomitmen untuk menjadikan dirinya sebagai hamba murid. Menurut Ledrik hal ini luar biasa, tetapi kalau bicara tentang guru, yang mempunyai peran sebagai tenaga pengajar maupun sebagai tenaga pendidik.

Seperti diketahui bersama, bahwa sebagai seorang pengajar, guru harus dibekali dengan pendidikan, ketrampilan dan kecakapan lainnya, yang telah dipersyaratkan, untuk dapat ditransfer ilmunya kepada anak didiknya, dan secara akademis, tentunya para murid akan menjadi anak yang pandai.

Tetapi, untuk peran guru sebagai seorang pendidik, Ledrik menilai, peran ini lambat laun semakin hari semakin terkikis kemajuan zaman. Ini dilhat dari banyaknya kriminalitas, atau banyaknya peristiwa-peristiwa yang mencederai keberadaan guru, maupun siswa di sekolah,. Bahkan di lingkungan sekolah bisa terjadi tindak pidana.

Kemudian, pertanyaannya, sebagai guru penggerak, ketika dimaknai sebagai hamba murid, apakah ada guru penggerak yang dengan sukarela bersedia memberikan waktunya untuk memberikan pengajaran kepada murid yang tidak mampu, baik secara keuangan, maupun secara pengetahuan.

“Sehingga guru tersebut bisa memberikan waktunya dalam bentuk les les tambahan dan sebagainya. Sehingga murid ini bisa menjadi murid yang cerdas,” ungkapnya.

Hal ini menurut Ledrik paling penting, namun pada kenyataannya sudah banyak mengalami pergeseran.

Ia lantas mengingat peristiwa puluhan tahun lalu. Kala itu, orang tua Ledrik selalu memberikan waktu kepada murid secara gratis, bagi murid yang ingin belajar dengan, datang ke rumah akan dilayani, diberi makan, gratis belajar. Tidak memikirkan pembayaran, walaupun orang tua sudah capek mengurus anak.

Ledrik melihat inilah fungsi guru sebagai pendidik. Tentu yang diajarkan bukan hanya mata pelajaran, melainkan juga tentang akhlak, kepribadian, tentang interaksi antara guru dan murid.

Menurutnya, saat ini semua itu sudah banyak yang hilang. Padahal bila bisa dikembalikan, maka akan bisa membentuk sikap dan kepribadian yang baik seorang murid.

“Tentunya itu bisa lahir bila guru penggerak dimaknai sebagai hamba murid, kalau itu betul-betul dihayati dan diamalkan,” ujarnya.

Menjadi harapannya kedepan, guru penggerak bisa menghambakan dirinya kepada siswa, memahami fungsi atau perannya tidak semata-mata sebagai pengajar, tetapi juga sebagai seorang pendidik. Maka niscaya pendidikan di Buton akan lebih maju. (Redaksi)

Baca juga:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar