Dr Muh Rasman Manafi SP MSi
Baubau
Kota Baubau tidak bisa dilepaskan dalam posisi geostrategis Indonesia dalam konteks kemaritiman. Terlebih Negeri Syara Patanguna ini berada di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) ke-3, merupakan wilayah pengembangan yang menghubungkan wilayah selatan dalam wilayah Benua Australia dan sekitarnya. Bahkan Afrika sampai menuju wilayah Asia Pasifik, yang merupakan kutub perekonomian baru di dunia.
Narasi ini menjadi pembuka Pj Walikota Baubau, Dr Muh Rasman Manafi SP MSi, saat menjabarkan sebuah mimpi besar, “Baubau Hub Maritim Indonesia Timur – Penggerak Konektivitas Digital Sultra”.
Pidato konstruktif Rasman saat membuka Musrenbang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Baubau Tahun 2025, belum lama ini, menjadi spirit baru “Negeri Syara Patanguna” menyongsong masa depan yang berkemajuan.
Rasman menguraikan, bahwa perkembangan wilayah kedepan, yang unggul adalah wilayah yang menguasai konektivitas. Bukan memiliki angkatan perang terkuat, terbanyak, atau terhebat. Contoh Singapura, yang bisa hebat, bahkan lebih maju dari Indonesia, karena menguasai konektivitas Selat Malaka. Meskipun sumber dayanya sangat terbatas, ruang wilayahnya sangat terbatas, tetapi karena menguasai konektivitas, sehingga Singapura bisa lebih maju dari Indonesia, bahkan se Asia Tenggara.
“Bahkan di negara Asia Asifik, Singapura masuk kedalam negara yang sangat diperhitungkan dalam pertumbuhan ekonomi dunia kedepan. Wilayahnya kecil, tetapi memiliki konektivitas,” papar Rasman.
Melanjutkan penjabarannya, Rasman bicara konektivitas, bahwa China sudah memiliki konsep konektivitas 100 tahun. 100 tahun kedepan China sudah memprediksi konektivitas maritim yang akan menentukan kemajuan suatu negara. Terkait konektivitas fisik, ada satu konektivitas yang menuju era perdagangan bebas, era digitalisasi, yakni konektivitas digital. Penekanannya, bahwa menguasai konektivitas digital, juga akan bisa menguasai dunia.
Konektivitas digital sama dengan bicara konektivitas laut, perdagangan laut, alur laut kepulauan, pelabuhan. Rasman melanjutkan, konektivitas digital di dunia, Indonesia, dan Eropa relatif sama. Perairannya digunakan, semua data yang dikomunikasikan baik itu transaksi uang, transaksi perdagangan contohnya e-commerce, Qris, transfernya menggunakan kabel laut.
“Benar ada satelit, tetapi hanya memiliki kemampuan sepertiga dari kemampuan mengantar data dengan menggunakan kabel serat optik. Selain itu, high cost, biayanya sangat tinggi, dan tidak semua negara mampu. Tetapi dengan kabel laut, hampir semua negara mampu,” terangnya.
Rasman menjelaskan, Indonesia hari ini, sejak tahun 80-an, kabel laut diimpor dari Jepang, dari NEC. Namun saat ini, Indonesia sudah memiliki pabrik kabel serat optik, di Cirebon, dan satu-satunya perusahaan nasional. 70.000 KM kabel laut di Indonesia yang dimiliki oleh Telkom, 30% sampai 40% saat ini sudah disupply dari dalam negeri. Artinya, kita sudah mulai mengarah memperkuat konektivitas digital kita.
“Jadi tadi yang saya cerita, dalam pandangan saya, konektivitas itu ada dua. Satu konektivitas fisik, perhubungan laut, satu konektivitas digital. Kedua-duanya harus dikuasai,” ujarnya.
“Posisi Baubau, kenapa saya ceritakan ini, berada di dua konektivitas itu. Kalau kita tidak mengambil peran, hanya mengandalkan kekuatan produksi sumber daya, kita pasti kalah. Karena Baubau adalah wilayah kota, produksi sumber dayanya pasti terbatas,” sambungnya.
Rasman menyebutkan spesifik tentang Indonesia, serta alasan mengapa Baubau harus menempatkan dirinya dalam posisi ini?. Karena pengembangan Alur Laut Kepulauan Indonesia, adalah alur yang disediakan untuk menghubungkan dunia yang melalui Indonesia.
Ia pun membeberkan, bahwa hanya ada tiga alur, ALKI I di Selat Malaka, sekarang Singapura mengambil peran sangat besar bersama Malaysia. Bila kapal dari luar, dari Timur Tengah mau ke Jepang, mau ke Australia, lewat Selat Malaka. Maka titik melapornya, TSS-nya hampir 70% tidak dikuasai oleh Indonesia, padahal dia melalui wilayah Indonesia lebih dari 70%.
Sama halnya dengan pesawat, pesawat yang akan turun di perairan, di darat Indonesia, lapornya ke ATC Singapura.
“Jadi konektivitas sangat dikuasai oleh Singapura,” ujarnya.
Lebih jauh, Rasman menyinggung tentang tantangan terbesar pada saat bicara IKN. Pengembangan wilayah Tengah Indonesia, dengan konsep pengembangan wilayah pertumbuhan baru, maka ALKI II harus dikuasai. Posisi ALKI II akan menentukan, penguasa ALKI II akan menentukan perkembangan IKN. Kenapa ALKI III penting?, karena semua sumber daya laut yang dimiliki Indonesia akan diperdagangkan, dikelola lewat ALKI III.
“Hari ini kalau bicara energi, sesungguhnya 80% energi ada di laut. Hanya saja kita belum bisa memanfaatkan secara maksimal. Pangan itu ada di laut. 50% pangan Indonesia proteinnya dipenuhi dari laut. Datanya sudah banyak, nanti ini bisa kita eksplor. Dan kalau kita bicara sumber daya energi, sumber daya pangan, ini adalah komoditas yang menjadi penyebab terjadinya perang antar wilayah,” paparnya.
“Pangan, energi, jadi sekali lagi, bahwa karena posisi inilah, maka Baubau tidak boleh merencanakan pembangunannya, walaupun hanya satu tahun, hanya berpikir pada wilayah 221 KM, hanya dalam 7 atau 8 kecamatan, hanya dalam 43 kelurahan. Tetapi, perencanaan Baubau harus ditempatkan pada konteks pembangunan Sulawesi Tenggara Kepulauan, dan Sulawesi Tenggara Kepulauan bisa memainkan peran konektivitas,” urai Rasman, lugas.
Ekonomi dan Kemiskinan
Tak sampai disitu saja, Rasman lantas mengulas tentang pertumbuhan ekonomi Baubau pada posisi 3,38, menjadi penyumbang negatif buat pertumbuhan Sulawesi Tenggara, yang sudah mencapai angka 5. Artinya, Baubau menjadi beban ekonomi Sulawesi Tenggara.
Sehingga, bila bicara Baubau punya potensi, geostrategisnya, Baubau bisa memainkan peran begini. Tetapi realita ekonominya, Baubau masih menjadi beban ekonomi Sulawesi Tenggara. Karena belum diatas angka 5 pertumbuhan ekonominya.
“Kenapa ini saya harus ungkapkan?, supaya kita sadar, bahwa ekonomi, potensi ekonomi yang besar tadi, wilayah strategis yang besar, belum dimanfaatkan oleh Baubau,” ketusnya.
Lebih dalam, Rasman bicara kemiskinan. Kata Rasman, orang miskin meningkat. Bukan karena orang miskinnya bertambah, tetapi garis kemiskinan sekarang sudah ditingkatkan. “Jadi angkanya mungkin tadi 10, sekarang kalau dia angka 10 itu, sudah bukan lagi sudah sangat miskin, dia sudah naik di angka 11,” ungkapnya.
“Gitu ceritanya, dan semakin tahun, semakin tahun, itu akan naik terus. Jadi kita hanya mempertahankan saja yang kita jaga yang miskin, sekarang seperti tidak miskin, itu sudah cukup baik. Apalagi kalau misalnya kita bisa lepaskan masyarakat kita yang miskin, menjadi tidak miskin. Itu tantangan terberat di Kota Baubau, dengan kondisi wilayah yang digerakkan oleh sektor jasa,” lugasnya lagi.
Indeks Pembangunan Manusia
Lebih lanjut, Rasman menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Baubau, tinggi, melebihi Sulawesi Tenggara. Potensi Baubau banyak, tetapi secara ekonomi dibawah Sulawesi Tenggara. Artinya, Baubau memiliki kekuatan sumber daya manusia.
Memiliki kekuatan sumber daya manusia, maka perencanaan Baubau kedepan harus menggunakan kekuatan, dan memanfaatkan peluang. Dahulukan tantangan dan kelemahan yang harus diselesaikan, ketimbang mengandalkan kekuatan dan peluang. Kata Rasman, saat ini analisisnya sudah seperti itu.
“Artinya apa, kalau mendahulukan tantangan dan peluang?, bahwa pengembangan suatu wilayah tidak boleh lagi dirancang hanya mengandalkan kekuatan wilayah itu. Tetapi, pengembangan suatu wilayah, dirancang dengan mengandalkan wilayah sekitarnya, lingkungan yang mau dimanfaatkan. Dan itu yang ditempuhi Singapura 50 tahun yang lalu,” sambungnya.
Visi Baubau
Mengulas Visi Baubau, Rasman menawarkan di RPJP supaya Visi Hub, Visi Penghubung Maritim Baubau terhadap wilayah sekitarnya harus masuk dalam dokumen perencanaan.
“Hub atau penghubung secara fisik, yang tadi saya cerita konektivitas, kalau secara fisik Baubau bisa memerankan fungsinya, bahkan meningkatkan sumber daya wilayahnya, untuk Indonesia Timur. Tapi secara digital, Baubau bisa menjadi penggerak utama konektivitas digital di Sulawesi Tenggara Kepulauan. Kalau itu kita lakukan, maka pasar tersebut, transaksi kita akan dikuasai oleh Baubau itu sendiri,” urainya.
Menurutnya, itulah yang dilakukan Singapura, menguasai konektivitas digital di Asia Tenggara. Baubau harus menguasai konektivitas digital di Sulawesi Tenggara Kepulauan, sebelum bersaing dengan wilayah sekitarnya.
Untuk mempersiapkan itu, Rasman mengaku, tantangan yang dihadapi adalah dua kelurahan agak susah internet. Jadi, sarana digital dasar harus diselesaikan dalam tahun depan.
”Saya berharap tahun ini segera selesaikan jaringan internet di dua kelurahan itu, agar supaya kelurahan itu tidak menjadi penyebab terhambatnya Baubau untuk menjadi hub konektivitas digital Sulawesi Tenggara,” singgungnya.
Narasi Visi, arahan Mendagri narasi yang tertuang dalam RKPD tahun depan akan digunakan setidaknya 6 arahan. Tapi sekali lagi, narasi ini harus mampu menerjemahkan Baubau diarahkan kemana.
Contoh, bila kita bicara pembangunan berorientasi hasil, maka pembangunan seperti apa yang bisa mewujudkan Baubau berperan dalam membangun hub maritimnya. Jangan diarahkan berbeda, bahkan bertolak belakang pembangunan berorientasi has. Hasilnya Baubau berperan dalam konektivitas maritim. Itu yang harus ditempatkan.
Sehingga, lanjut Rasman, perencanaan dinas, dan mohon kiranya DPRD dapat mengawal dan memberikan penegasan, bahwa ini yang kita tuju. Sehingga program kegiatan harus menuju kesini.
Kata Rasman, jangan mengarah yang lain, karena sumber daya anggaran terbatas.
“Dua tahun lalu kita masih bicara satu triliun dana pembangunan, tapi hanya 50%, bahkan 40% dapat kita gunakan. Sekarang sudah 900 miliar, kita turun. Kenapa? Karena pendapatan daerah kita jauh dari harapan. Jadi kita harus selektif menentukan program kegiatan untuk mewujudkan visi tadi,” bebernya.
“Jangan semua kita gunakan dan kecil-kecil sehingga tidak kelihatan. Hemat saya, setiap penentuan kebijakan pembangunan anggaran dan program prioritas PPAS, itu adalah filter memastikan selektifitas program yang akan kita pilih dalam dokumen untuk mewujudkan tujuan yang kita sepakati. Apa tujuan yang kita sepakati? Seperti itu yang saya tawarkan buat Baubau,” sambungnya.
“Selesaikan kontinuitas digitalnya. Pastikan keluaran-keluaran yang tidak bisa internet harus terjangkau internet. Transaksi yang ada di Baubau tidak boleh konvensional. Sudah harus menggunakan transaksi digital. Seperti itu yang saya maksud,” tuturnya.
Kata Rasman, Pemkot sudah mencobanya. PDAM yang mungkin melihatnya paling konvensional dalam layanan transaksi digital, per 1 Januari 2024 sudah menggunakan transaksi digital, Qris. “Itu unit yang menurut teman-teman unit organisasi pemerintah dalam badan usaha yang layanannya paling terbelakang mungkin. Kita bisa lihat. Kantornya seperti itu. Layanannya seperti itu. Tapi dia bisa melaksanakan transformasi dalam dua bulan menggunakan transaksi digital,” terangnya.
Menurut Rasman, tantangan didepan mata adalah Bapenda, BPKD, dan unit layanan lain di Kota Baubau harus menggunakan transaksi digital dalam layanan. Terobosan harus dilakukan untuk mengurangi interaksi langsung dalam layanan yang bisa menimbulkan potensi KKN.
“Jadi sekali lagi, layanan transaksi digital sudah harus kita transformasi segera. Tidak perlu tunggu satu tahun. PDAM bisa membuktikan hanya dalam dua bulan dia sudah melakukan transformasi. Itu contoh layanan digital,” terangnya.
Bukan hanya layanan transaksi. Kata Rasman, layanan interaksi evaluasi, rapat, tidak perlu pertemuan fisik. Pertemuan dengan wali kota hanya mengkonsultasikan mau berangkat besok tidak perlu. Cukup menggunakan layanan digital. Buat telaah, kirimkan dalam SIPD, web, database digital.
Kirimkan dalam format digital. Interaksinya sudah bisa keluar keputusan. Jadi transaksi digital sudah ada. Layanan pemerintahan sudah ada. Koordinasi lintas OPD sudah ada.”Bahwa kita mengarah ke Baubau memerankan dirinya sebagai hub maritim untuk konektivitas seluruh negara kepulauan,” tandasnya.
Visi Baubau, Rasman menawarkan di RPJP supaya visi hub, visi penghubung maritim Baubau terhadap wilayah sekitarnya harus masuk dalam dokumen perencanaan. “Hub atau penghubung secara fisik, yang tadi saya cerita konektivitas, kalau secara fisik Baubau bisa memerankan fungsinya, bahkan meningkatkan sumber daya wilayahnya untuk Indonesia Timur,” urainya.
“Tapi secara digital, Baubau bisa menjadi penggerak utama konektivitas digital di Sulawesi Tenggara Kepulauan.Kalau itu kita lakukan, maka pasar tersebut, transaksi kita akan dikuasai oleh Baubau itu sendiri,” sambungnya.
Kata Rasman, itulah yang dilakukan Singapura, menguasai konektivitas digital di Asia Tenggara. Baubau harus menguasai konektivitas digital di Sulawesi Tenggara Kepulauan, sebelum bersaing dengan wilayah sekitarnya.
Untuk mempersiapkan itu, Rasman mengaku tantangan di depan mata yang dihadapi adalah dua kelurahan agak susah internet. Jadi, sarana digital dasar harus diselesaikan dalam tahun depan.”Saya berharap tahun ini segera selesaikan jaringan internet di dua kelurahan itu, agar supaya kelurahan itu tidak menjadi penyebab terhambatnya Baubau untuk menjadi hub konektivitas digital Sulawesi Tenggara,” pintanya.
Narasi visi, arahan Mendagri narasi yang ditertuang di dalam RKPD tahun depan akan digunakan setidaknya 6 arahnya ke sana. Tapi sekali lagi, narasi ini harus mampu menerjemahkan Baubau diarahkan ke mana.
“Contoh, kalau kita bicara pembangunan berorientasi hasil, maka pembangunan seperti apa yang bisa mewujudkan Baubau berperan dalam membangun hub maritimnya. Jangan diarahkan berbeda, bahkan bertolak belakang pembangunan berorientasi hasil, hasilnya Baubau berperan. Berperan dalam konektivitas maritim. Itu yang harus ditempatkan,” paparnya.
Sehingga, lanjut Rasman, pencanaan dinas dan mohon kiranya DPRD dapat mengawal dan memberikan penegasan bahwa ini yang kita tuju. Sehingga program kegiatan harus menuju ke sini.
Kata Rasman, jangan mengarah yang lain, karena sumber daya anggaran terbatas. Dua tahun lalu kita masih bicara satu triliun dana pembangunan, tapi hanya 50%, bahkan 40% dapat kita gunakan. Sekarang sudah 900 miliar, kita turun. Kenapa? Karena pendapatan daerah kita jauh dari harapan. Jadi kita harus selektif menentukan program kegiatan untuk mewujudkan visi tadi.
Jangan semua anggaran digunakan untuk hal kecil-kecil, sehingga tidak kelihatan. Hematnya, setiap penentuan kebijakan pembangunan anggaran dan program prioritas PPAS, itu adalah filter memastikan selektivitas program yang akan kita pilih dalam dokumen untuk mewujudkan tujuan yang kita sepakati.
“Apa tujuan yang kita sepakati?, seperti itu yang saya tawarkan buat Baubau,” sambungnya.
“Selesaikan kontinuitas digitalnya. Pastikan keluaran-keluaran yang tidak bisa internet, harus terjangkau internet. Transaksi yang ada di Baubau tidak boleh konvensional, sudah harus menggunakan transaksi digital. Seperti itu yang saya maksud,” tuturnya.
Kata Rasman, Pemkot sudah mencobanya. PDAM yang mungkin melihatnya paling konvensional dalam layanan transaksi digital, per 1 Januari 2024 sudah menggunakan transaksi digital, Qris.
“Itu unit yang menurut teman-teman unit organisasi pemerintah dalam badan usaha yang layanannya paling terbelakang mungkin. Kita bisa lihat, kantornya seperti itu., layanannya seperti itu, tapi dia bisa melaksanakan transformasi dalam dua bulan menggunakan transaksi digital,” terangnya.
Menurut Rasman, tantangan didepan mata adalah Bapenda, BPKD, dan unit layanan lain di Kota Baubau harus menggunakan transaksi digital dalam layanan. Terobosan harus dilakukan untuk mengurangi interaksi langsung dalam layanan yang bisa menimbulkan potensi KKN.
“Jadi sekali lagi, layanan transaksi digital sudah harus kita transformasi segera. Tidak perlu tunggu satu tahun. PDAM bisa membuktikan hanya dalam dua bulan dia sudah melakukan transformasi. Itu contoh layanan digital,” terangnya.
Bukan hanya layanan transaksi. Kata Rasman, layanan interaksi evaluasi, rapat, tidak perlu pertemuan fisik. Pertemuan dengan wali kota hanya mengkonsultasikan mau berangkat besok tidak perlu. Cukup menggunakan layanan digital. Buat telaah, kirimkan dalam SIPD, web, database digital.
Kirimkan dalam format digital, interaksinya sudah bisa keluar keputusan. Jadi transaksi digital sudah ada, layanan pemerintahan sudah ada, koordinasi lintas OPD sudah ada.
”Bahwa kita mengarah ke Baubau memerankan dirinya sebagai hub maritim untuk konektivitas seluruh negara kepulauan,” tandasnya.
Kata Rasman, berbagai narasinya harus tertuang, tdak boleh lagi normatif. Tidak boleh lagi multi-tafsir.
“Kalau kita bicara kondisi, kalau kita bicara konektivitas digital pada pendidikan, apa bentuk konektivitas digital pendidikan?. Kalau kita bicara konektivitas digital pada kesehatan, apa bentuk konektivitas digital dinas kesehatan?. Itu yang harus kita temukan, dan kita tuangkan dalam narasi Rencana Kerja Pemerintah 2025,” semangatnya.
“Kita memiliki ruang kesempatan dalam hampir enam bulan kedepan untuk mempersiapkan. Saya kira sudah lebih dari cukup mempersiapkan. Tantangan terberatnya, sekali lagi kita punya sumber daya manusia yang Indeks Pembangunan Manusia-nya cukup tinggi. Tetapi kompetensinya belum terpetakan dengan baik,” tuntasnya. (Redaksi)
Komentar