Baubau
Tanggap bencana!. Bukankah seharusnya langkah antisipatif lebih penting sedini mungkin dilakukan, sebelum bencana melanda, dan merugikan masyarakat secara materil, maupun menelan korban jiwa.
Inilah yang menjadi keluh kesah, kerisauan warga Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), yang tinggal menetap di sejumlah titik rawan bencana. Hingga saat ini warga yang tinggal di sejumlah titik rawan bencana, belum mendapatkan kepastian untuk bisa hidup aman dan nyaman, terhindar dari bencana yang terus menghantui, yang sewaktu-waktu mengancam nyawa mereka.
Warga berupaya, beberapa kali menyuarakan keluh kesah, aspirasi mereka, baik melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), maupun menyampaikan secara langsung kepada Pemerintah Kelurahan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), maupun kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Alhasil, suara mereka didengarkan, diserap, ditampung. Namun belum kunjung datang juga, jawaban atas harapan besar mereka, yakni dibangunkannya bronjong sungai, talud tebing, maupun pemecah gelombang (ombak).
Liabuku dan Ngkari-ngkari Butuh Bronjong Sungai
Kelurahan Liabuku dan Kelurahan Ngkari-ngkari terletak di wilayah administratif Kecamatan Bungi Kota Baubau. Setiap tahun dimusim penghujan, dua Kelurahan ini menjadi langganan banjir, yang tak hanya merendam lahan persawahan, melainkan juga sampai menggenangi rumah-rumah warga.
Kerugian materil ratusan juta rupiah, belum lagi ancaman wabah penyakit pasca bencana banjir. Warga setempat butuh perhatian pemerintah, yang hadir dengan solusi membangun Bronjong Sungai.
Lurah Liabuku Nicolaus Uling mengatakan, menyambung keluh kesah, aspirasi warga, pihaknya telah mengusulkan ke BPBD Baubau agar segera membangun bronjong sungai. Untuk bisa menyudahi derita warga terdampak banjir, yang setiap tahun melanda disetiap musim hujan.
Kata Nicolaus, pembangunan bronjong sungai akan sangat bermanfaat bagi warga-nya, yang setiap tahun jadi korban banjir. Terlebih para petani yang sawahnya sering terendam banjir, yang mengakibatkan gagal panen.
Nicolaus menambahkan, BPBD Baubau telah merespon aspirasi yang disampaikannya. Beberapa bulan lalu personil BPBD Baubau telah turun langsung untuk meninjau, sekaligus melakukan survey.
“Mudah-mudahan sudah diusulkan BPBD Baubau, dan BNPB merespon. Karena warga betul-betul berharap sekali pembangunan bronjong ini bisa segera direalisasikan,” katanya.
Senada dengan Lurah Liabuku, Lurah Ngkari-ngkari I Ketut Sumitra berharap, pembangunan bronjong sungai bisa segera terealisasi tahun ini, sebab warga telah lama menantikannya. Pembangunan bronjong di sisi kiri dan kanan sungai, agar meningkatnya volume air sungai akibat hujan deras, atau hujan selama berhari-hari, dapat teratasi, sehingga tidak meluap apalagi, sampai menyebabkan banjir.
Selain membangun bronjong sungai, menurut Sumitra, solusi lainnya adalah dengan melakukan pengerukan sungai (revitalisasi).
Ia menuturkan, bahwa penyebab banjir adalah pendangkalan sungai, dan hutan yang gundul.
Banjir di wilayah yang dipimpinnya, kata Sumitra, sudah berlangsung cukup lama. Sekian tahun sudah, disetiap musim hujan.
“Saya bersama warga Kelurahan Ngkari-ngkari sangat berharap usulan tersebut bisa secepatnya direspon. Semoga bisa segera dibangun bronjong, agar musim hujan tahun ini, warga tidak terkena dampak lagi,” ucapnya.
Kolese dan RSUD Butuh Talud Tebing
Di Kelurahan Kolese Kecamatan Lea-lea, membutuhkan tanggap bencana berupa pembangunan talud tebing. Disana ada titik rawan longsor, yang sewaktu-waktu dapat mengancam jiwa warga setempat.
Hal ini diungkapkan Lurah Kolese Muhulisi. Bahwa setiap tahun tanah longsor terjadi di wilayah yang dipimpinnya tersebut. Karena itu pula, banyak rumah warga yang telah direlokasi.
“Setiap musim makan korban (tanah longsor, red). Makanya direlokasi, sudah tidak ada lagi rumah yang di bawah tebing tepi pantai,” ucapnya.
Tak hanya rumah, longsor juga menimbulkan kerugian materi lainnya. Perahu warga, temasuk sumur sumber air bersih yang memenuhi kebutuhan warga, rusak tertimbun longsor.
Mayoritas warga Kolese bermatapencarian sebagai petani rumput laut, juga nelayan tangkap. Kata Muhulisi, setiap tahun pihaknya bersama warga mengusulkan pembangunan talud tebing sebagai prioritas. Mengingat telah banyaknya korban longsor tersebut. Utamanya pada musim hujan.
“Mudah-mudahan pemkot bisa menyahuti harapan kami, dengan segera membangun talud tebing. Agar warga tidak merasa was-was lagi, bisa merasa aman dan nyaman,” harapnya.
Tak lupa Muhulisi berterimakasih kepada BPBD Baubau yang telah memprioritaskan usulan pembangunan talud tebing di Kelurahan Kolese.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Baubau juga membutuhkan talud tebing. Letaknya, tepat di belakang gedung perawatan vital, ruang perawatan covid-19, ruang isolasi paru, dan ruang perawatan bedah.
Diungkapkan Direktur RSUD Baubau dr Lukman, pihaknya telah mengusulkan melalui BPBD Baubau, sebab ini prioritas. Untuk mengantisipasi tanah longsor.
Kata Lukman, tebing dimaksud cukup tinggi, dan pada bagian tebing terdapat bak penampung air RSUD Baubau. Menjadi perhatian, bila bak berukuran besar tersebut diisi penuh, maka akan menambah tekanan pada bagian bawah, dan berpotensi longsor.
“Itu yang ditakutkan. Terjadi tekanan, semakin berat, potensi longsor semakin besar. Sebagai upaya pencegahan (mitigasi) kami menjadikan usulan talud tebing sebagai prioritas,” kata dokter spesialis penyakit dalam ini.
Selain mengusulkan melalui BPBD Baubau, Lukman juga mengusulkan pembangunan talud tebing saat rapat koordinasi BPBD se Sultra, yang dihadiri unsur pimpinan BPBD Sultra.
Sukanaeyo Butuh Pemecah Ombak
Kelurahan Sukanaeyo terletak disebuah pulau yang terpisahkan lautan dari daratan Kota Baubau. Disebut Pulau Makassar.
Sebagai pulau yang dikelilingi air laut, di Sukanaeyo rentan dihantam gelombang (ombak) besar. Setiap tahun cuaca ekstrim menjadi bencana yang sangat mengkhawatirkan, membuat risau warga setempat.
Perahu warga yang mayoritas bermata pencarian sebagai nelayan tangkap, juga menjadi alat transportasi sehari-hari, kerap rusak, pora-poranda dihantam ombak. Bahkan yang juga tak terhindarkan, perahu warga hanyut terbawa gelombang tinggi. Sebagian besar warga masih menggunakan perahu sebagai alat transportasi bila beraktivitas di pusat Kota.
Ombak besar bahkan sampai ke daratan, menggenangi rumah-rumah warga.
Lurah Sukanaeyo Tadjudin berharap, pemecah ombak menjadi prioritas pembangunan BPBD Baubau. Yang merupakan solusi terbaik bagi warga.
“Kami sangat berharap tahun ini bisa dibangunkan pemecah ombak. Supaya bisa menangkal ombak besar, terlebih pada saat musim barat. Kasian warga kami terus-terusan harus kehilangan perahu, dan rumahnya tergenang air laut,” harapnya.
Untuk menyelamatkan perahu mereka, setiap tahun dimusim ombak besar disertai angin kencang, warga Sukanaeyo harus menambatkan atau melabuhkan perahu di sisi timur, di tepi laut yang bersebelahan dengan Sukanaeyo. Jaraknya pun cukup jauh.
BPBD Segera Bertindak
BPBD Baubau telah mengidentifikasi titik rawan bencana yang diuraikan diatas. Turun langsung melakukan survey, menyusun desain, sekaligus estimasi anggaran yang dibutuhkan.
Kepala BPBD Baubau La Ode Muslimin Hibali mengatakan, dari tahun ke tahun pihaknya menerima usulan yang disampaikan langsung oleh masyarakat, ataupun melalui Lurah. Bahkan dalam Musrenbang, antisipasi bencana ini telah disuarakan, dan menjadi usulan prioritas.
“Tim kami melihat langsung titik rawan bencana tersebut. Dan kami sudah membuat proposal untuk diajukan ke pemerintah pusat, dalam hal ini BNPB,” katanya.
Sejak awal tahun ini, pihaknya, lanjut Muslimin, kembali menerima usulan antisipasi bencana di titik rawan bencana. Bronjong sungai, talud tebing, juga pemecah ombak. Karena sudah disuarakan sejak tahun tahun sebelumnya, BPBD Baubau saat ini didesak untuk segera menindaklanjuti, merealisasikannya.
Bronjong sungai di Kelurahan Liabuku dan Ngkari-ngkari. Menurut Muslimin, dua kelurahan ini menjadi langganan banjir, sehingga untuk mengatasinya memang harus dibangun bronjong sungai.
“Kami turun langsung saat banjir, memberikan bantuan kepada warga terdampak. Dan sebagai langkah antisipasi, memang harus dibangun bronjong disisi sungai,” katanya.
Muslimin memastikan, pihaknya responsif dan tengah merampungkan seluruh proposal anggaran yang akan diajukan ke BNPB. Untuk pembangunan bronjong sungai, talud, juga pemecah ombak.
Untuk diketahui, tahun sebelumnya, BPBD Baubau juga telah mengajukan proposal dimaksud. Muslimin berharap, proposal yang diajukannya, menyambung usulan masyarakat, mendapat perhatian prioritas, dan bisa segera terealisasi.
Untuk pembangunan bronjong sungai di Liabuku, sekitar Pesantren Al Amanah, harapannya bisa dilanjutkan tahun ini, pembangunannya lebih panjang lagi.
Termasuk kelanjutan pembangunan bronjong sungai di Ngkari-ngkari. Saat dibangun sebelumnya, belum bisa mengatasi keseluruhan, sepanjang tepi sungai.
“Karena anggaran yang kecil, saat itu kita bangun secara bertahap,” ujarnya.
Muslimin menambahkan, warga Sukanaeyo sejak tahun lalu juga meminta pembangunan pemecah ombak. Karena setiap tahun, dimusim ombak tinggi dan angin kencang, tambatan perahu mereka kerap dihantam ombak. Perahu mereka sering hanyut, dan rusak.
“Warga sudah beberapa kali meminta kepada kami. Mudah-mudahan dengan proposal yang kami ajukan ke BNPB, dapat menjawab keluh kesah warga terdampak. Utamanya demi keselamatan warga,” harap Muslimin.
Tahun 2016 BPBD Baubau pernah mengajukan proposal anggaran penanggulangan bencana, dan disahuti dengan digelontorkannya anggaran tersebut. Usulan tahun 2021, juga diharapkan sama disahuti, dan bisa terealisasi tahun ini.
Proposal BPBD Baubau ditandatangani oleh Wali Kota, dan persetujuan Gubernur.
Tahun ini BPBD Baubau juga merespon permintaan pembangunan talud tebing di titik rawan longsor di Kolese. Puluhan warga terancam bila musim hujan tiba.
Di RSUD Baubau juga. Usulan pembangunan talud tebing telah disampaikan sejak awal pandemi covid-19 melanda. Namun saat itu belum bisa ditindaklanjuti karena kesibukan penanganan covid-19, dan juga kebijakan anggaran yang sebagian besar digunakan untuk penanganan covid-19.
Atas usulan warga juga direktur RSUD Baubau, yang sudah disampaikan berulang kali, Muslimin berharap, proses pembuatan proposal anggaran dapat berjalan lancar, agar dapat segera diajukan, dan terakomodir dalam pembahasan anggaran T.A 2023.
“Kami sangat berharap pemerintah pusat dapat memperhatikan, dan menyahuti usulan kami. Sebab wilayah timur masih kurang mendapat anggaran pembangunan dari pemerintah pusat,” harapnya.
Cuaca ekstrim hujan deras, hujan selama berhari-hari, gelombang tinggi serta angin kencang, termasuk potensi gempa, setiap tahun kerap melanda Negeri Sara Patanguna. Untuk itu BPBD Baubau rutin berkoordinasi dengan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Termasuk pula dalam usulan permohonan bantuan, dilengkapi dengan data laporan resmi dari BMKG. [Red]
Komentar