Wujudkan Swasembada Pangan, Desa Gerak Makmur Prospek Karamba

Buton Selatan

Pemerintah Desa Gerak Makmur Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan semakin menunjukkan komitmennya dalam membangun perekonomian berbasis potensi lokal.

Dibawah kepemimpinan kepala desa  La Ode Rismanton, tahun anggaran 2025, desa ini siap merealisasikan program keramba sebagai langkah strategis menuju swasembada pangan, dan pengembangan wisata berbasis perikanan.

Menurut Rismanton, program karamba ini didasarkan pada potensi besar sektor perikanan diwilayahnya. Dengan alokasi 20℅ Dana Desa (DD) ke BUMDes, sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Desa Nomor 3 Tahun 2025, desa melalui Bumdes berencana membentuk sub-kelompok usaha, yang akan bertanggung jawab atas pembangunan, pembibitan, dan pemeliharaan karamba.

“BUMDes nanti punya skema tersendiri, dan yang akan memetakannya adalah pegawai BUMDes Itu sendiri. Gerak Makmur fokusnya lebih kepada sektor perikanan, khususnya pengadaan karamba sebagai wadah budidaya ikan,” jelasnya.

Program karamba akan memudahkan masyarakat, sebab telah tersedia Karamba Resto sebagai penada hasil, yang saat ini juga menjadi destinasi wisata kuliner Gerak Makmur, yang dirancang sejak 2024. Dengan konsep ini, hasil budidaya ikan dari karamba otomatis langsung terserap oleh pasar yang tersedia.

“Karamba Resto menjadi solusi efektif karena menjadi penadah hasil budidaya dari karamba masyarakat lokal, sekalipun terbuka pula masyarakat umum menjadi pembeli,” tambahnya.

Untuk diketahui, Gerak makmur memiliki destinasi wisata yang populer dengan Karamba Resto, yang disisi lain juga menampung hasil tangkap para Nelayan. Karamba yang diprogramkan lewat BUMDes merupakan program fokus Budidaya ikan yang nantinya bisa di jual di Karamba Resto

Lebih jauh, Rismanton juga menyasar inovasi lain dalam pengolahan hasil tangkap, seperti produksi abon ikan, yang sempat diujicoba. Namun, meskipun memiliki potensi besar, pemasaran abon ikan masih menjadi tantangan yang perlu diselesaikan kedepan.

Menanggapi arahan pemerintah pusat, Rismanto menjelaskan bahwa Gerak Makrnur telah menggelar Musyawarah Desa Khusus, untuk menyinkronkan pos anggaran sesuai dengan Keputusan Menteri Desa. Fokus utama tetap pada sektor perikanan, meskipun desa tetap melirik hasil tani sebagai bagian dari pengembangan ekonomi lokal.

“Sebelumnya, BUMDes juga telah melirik potensi pertanian. Misainya, saat ada kendala keterbatasan lahan, kami menyiasatinya dengan menyewa lahan untuk pertanian. Namun, Saat ini kami lebih memilih fokus peda perikanan karena potensinya lebih besar,” ungkapnya.

Sebagai seorang pemimpin yang inovatif, Rismanto bukan hanya dikenai karena gebrakannya dibidang ekonomi desa, tetapi juga pernah meraih “Paralegal Justice Award” dan mendapat anugerah Non-Litigation Peacemaker, atas kontribusinya dalam penyelesaian sengketa secara damai.

Dengan perencanaan matang dan integrasi kebijakan yang kuat, program karamba diharapkan mampu menjadi model keberhasilan pembangunan desa berbasis sumber daya lokal, yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan nelayan, tetapi juga mendukung sektor wisata yang ada di Gerak Makmur.

Rismanton berharap program pengadaan karamba ini mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah daerah, terutama dalam dukungan pendanaan tambahan. Menurutnya, meskipun program ini telah dianggarkan melalui DD sebesar 20℅ untuk BUMDes, suntikan dana dari pemerintah daerah akan mempercepat realisasi dan memperluas dampaknya bagi mesyarakat.

“Kami berharap pemerintah daerah turut serta dalam mendukung program ini, baik melalui tembahan anggaran maupun fasilitasi akses bantuan lainnya. Dengan adanya dukungan yang lebih besar, pengelolaan karamba dapat dilakukan lebih maksimal, baik dari segi pembangunan infrastruktur, pembibitan ikan, hingga pemasaran hasil budidaya,” sambungnya.

Rismanton menambahkan, pengembangan Karamba Resto sebagai destinasi wisata berbasis perikanan, juga membutuhkan intervensi pemerintah daerah, terutama dalam peningkatan fasilitas wisata dan aksesibilitasnya.

“Jika program ini mendapatkan dukungan yang lebih luas, dampaknya akan lebih besar bagi masyarakat, tidak hanya bagi nelayan tetapi juga bagi sektor ekonomi kreatif di desa,” tutupnya. (Redaksi)

Komentar