Transformasi BUMN Perkebunan Dorong Ketahanan Pangan dan Energi Lewat Bioetanol Tebu

Mojokerto

Kementerian BUMN, melalui Holding Perkebunan Nusantara, terus melakukan transformasi di seluruh lini bisnis PTPN Group. Salahsatunya melalui pembentukan subholding sektor gula, yakni PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) atau Sugar Co yang diresmikan pada Jumat, 7 Oktober 2022 lalu. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Republik Joko Widodo yang menginstruksikan kepada para Menteri Kabinet Indonesia Maju untuk mendorong ketahanan pangan dan energi.

PT Sinergi Gula Nusantara kini mengelola 36 pabrik gula yang selama ini berada di bawah 7 perusahaan PTPN dan 2 cucu perusahaan yang tidak hanya berfokus untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani tebu, menjaga stabilitas harga gula petani, serta menjadi produsen Bioetanol yang merupakan produk turunan dari tebu sebagai campuran bahan bakar minyak.

Dalam sambutannya saat kunjungan kerja ke PT Energi Agro Nusantara (Enero), anak usaha PT Perkebunan Nusantara X, di Mojokerto, Jumat (04/11/2022), Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini masih mengimpor gula konsumsi sebesar 1.088.000 ton per tahun. Belum lagi dengan impor gula untuk industri yang mencapai angka 3.569.000 ton per tahun.

“Padahal kita tahu di tahun 1.800-an Indonesia ini adalah raja gula, ekspor kita kemana-mana ke semua negara, saat itu. Pertanyaannya, kenapa dari yang dulu mengekspor ‘kok sekarang impor? Pasti ada sesuatu yang salah yang harus diluruskan,” ujar Presiden Joko Widodo.

Untuk itu, Presiden Joko Widodo memerintahkan Menteri BUMN untuk menyiapkan bibit-bibit dengan varietas yang paling baik serta bekerja sama dengan Brazil selaku negara yang memiliki pengalaman yang baik dalam manajemen tebu dan gula.

“Kita harapkan dengan cara penanaman yang baik dan modern ini dalam 5 tahun kedepan, kita bisa mandiri dan ketahanan pangan kita utamanya gula bisa kita lakukan sendiri tanpa harus mengimpor, tapi memang butuh waktu mungkin dalam jangka 5 tahun kedepan, target kita seperti itu,” tambahnya.

Presiden Joko Widodo menambahkan, penggunaan bibit yang baik dan mesin modern yang memberikan rendemen yang baik, akan menguntungkan petani. Namun, hal ini tentu membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan niat yang kuat untuk mengubahnya.

“Ini yang akan kita lakukan sehingga nantinya selain gulanya terpenuhi, ada sisi lain yaitu karena gula juga menghasilkan molasse, ini yang akan dipakai untuk membangun industri Bioetanol yang juga akan memperkuat ketahanan energi kita. Separuh energi, BBM yang kita gunakan 50%-nya itu impor semua, tidak boleh terus terusan begini. Kalau tebu ini berhasil, sawit bisa ditingkatkan lagi, itu akan memperkuat ketahanan energi negara kita,” tutupnya.

Bioetanol berbasis tebu merupakan hilirisasi dari tanaman tebu yang dapat digunakan sebagai subsitusi bahan baku bensin, yang tentunya ramah lingkungan. Potensi hilirisasi bioetanol berbasis tebu ini membuka peluang untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak berbasis fosil.

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mewakili Menteri BUMN dalam laporannya menyampaikan bahwa transformasi yang selama ini dilakukan oleh PTPN III di klaster BUMN Perkebunan terus menunjukkan perkembangan yang baik.

“Kondisi keuangan dari PTPN III terus menunjukkan adanya perkembangan yang baik. Hal ini terlihat dari total jumlah penjualan yang sudah dibukukan sampai dengan bulan September tahun 2022 mencapai kurang lebih sekitar Rp39 triliun serta menunjukkan adanya profit sebesar Rp4,5 triliun, yang artinya meningkat sebesar 54% dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” ujar Pahala dalam laporannya.

“Selain daripada peningkatan kinerja keuangan, kami juga melihat adanya
peningkatan produktivitas dan juga produksi. Dimana di tahun 2022 ini kita melihat bahwa produksi gula di PTPN III sudah bisa mencapai 872.000 ton atau meningkat dibandingkan yang dicapai di tahun 2021 lalu adalah sebesar 768.000 ton,” tambahnya.

Pahala menyampaikan keberadaan SugarCo diharapkan mampu mendongkrak produktivitas gula nasional yang berdampak pada swasembada dan kesejahteraan petani.

Dalam kunjungan kerja yang juga dihadiri Menteri ESDM, Dirut PTPN dan Pertamina tersebut, Presiden Joko Widodo menyaksikan penandatanganan Head of Agreement antara PTPN III dengan Pertamina tentang Rencana Kerja Sama Pengembangan Bio Energi Berbasis Bahan Bakar Nabati di Indonesia untuk Ketahanan Energi Nasional.

“Kita harapkan nanti gula yang akan diproduksi menjadi Bioetanol bisa dikerjasamakan menjadi suplai yang akan di-branding oleh Pertamina untuk bisa mengurangi produksi BBM dan mengurangi kebutuhan minyak mentah.

Dan kita harapkan secara bertahap ini bisa dilakukan Pabrik Enero yang saat ini bisa memproduksi kurang lebih sekitar 30.000 kiloliter per bulannya. Jadi kita berharap bahwa kedepannya akan lebih banyak lagi kilang Etanol yang bisa kita bangun untuk secara bertahap meningkatkan ketahanan energi,” jelas Pahala.

Selain memproduksi gula dan bioetanol, Kementerian BUMN berharap agar peningkatan produktivitas dan pengembangan komunitas tebu juga bisa terus dikembangkan untuk
melakukan tumpang sari dengan komunitas kedelai.

“Saat ini sudah dilakukan pilot di kurang lebih sekitar 37,88 hektar dan kami berharap bahwa di tahun 2023 nanti kita bisa melaksanakan 35.000 hektar dengan harapan nanti di tahun 2024 bisa mencapai 50.000 hektar yang dikerjasamakan untuk menanam kedelai secara tumpang sari,” tutupnya.

Kementerian BUMN melalui PTPN III selaku Holding Perkebunan mendorong
peningkatan produksi tebu nasional dengan berkolaborasi dengan para petani tebu Indonesia untuk mewujudkan swasembada gula, seiring dengan upaya untuk meningkatkan produksi Bioetanol nasional dari 394 ribu kiloliter di tahun 2022 menjadi 1,2 juta kiloliter di tahun 2030, serta menjadi potensi campuran (blend) bahan bakar minyak dari 6% di tahun 2022 menjadi 13,8% di tahun 2030 demi tercapainya ketahanan energi nasional. (Red)

Komentar