Kisah Mutawally, Penyuluh Agama Buton Selatan Gagas Ponsel Amal Untuk Edukasi Pencegahan Kekerasan pada Anak

Mutawally saat memberikan penyuluhan edukasi pencegahan kekerasan pada anak di Buton Selatan.

Buton Selatan

Mutawally, pria berumur 31 tahun ini dikenal sebagai Penyuluh Agama Islam Kecamatan Kadatua Kabupaten Buton Selatan. Dengan gelar Master of Art bidang Konseling Islam, meskipun terbilang belum lama bertugas sebagai penyuluh agama, namun peran dan kiprahnya di masyarakat tidak diragukan lagi.

Tahun 2022, Ia menggagas sebuah program edukasi pencegahan kekerasan pada anak melalui media penyuluhan yang Ia beri nama Ponsel Amal (Pojok Konseling Agama dan Keluarga). Program edukasi yang Ia gagas ini dilatarbelakangi dorongan hatinya, melihat tingginya angka kekerasan pada anak yang terjadi di tempatnya bertugas, Buton Selatan.

Dia berkeyakinan, bahwa tingginya angka kekerasan pada anak disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat, khususnya anak dan orang tua, tentang pendidikan anti kekerasan pada anak. Oleh karena itu, keadaan ini membuat Ia mencetuskan ide, membangun kesadaran kolektif masyarakat tentang pentingnya pencegahan kekerasan pada anak.

Tentu baginya kesadaran ini hanya dapat terbangun jika masyarakat memperoleh tindakan-tindakan edukatif, berupa pengenalan pengetahuan, tentang apa itu kekerasan pada anak, apa saja bentuk-bentuk kekerasan tersebut, dampaknya pada anak, dan lain sebagainya.

“Jadi kita adakan pembinaan, kita ajarkan pendidikan anti kekerasan kepada anak-anak dan para orang tua, agar pengetahuan mereka terbuka dan lebih aware lagi terhadap ancaman kekerasan pada anak. Yang bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, serta korbannya yang tidak pandang bulu,” kata pria berkacamata ini, Sabtu (1/5/24).

Demi menguatkan program yang Ia gagas, Mutawally yang juga Ketua Pengurus Daerah Penyuluh Agama Republik Indoneisa (IPARI) Kabupaten Buton Selatan, ikut melibatkan para tokoh masyarakat, tokoh agama dan budaya setempat, yang merupakan model dan memiliki pengaruh di masyarakat.

“Jadi program ini kita libatkan semua kalangan, termasuk tokoh-tokoh masyarakat setempat, seperti tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Sehingga harapannya, mereka dengan pengaruhnya di masyarakat, para tokoh masyarakat ini bisa ikut serta membantu membangun kesadaran masyarakat, anak-anak, dan para orang tua tentang pentingnya perlindungan dan pencegahan kekerasan pada anak,” jelasnya.

Berkat ide dan gagasan yang apik itu, Mutawally berhasil dinobatkan sebagai Penyuluh Agama Islam terbaik I pada ajang Penyuluh Agama Islam Award Tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2024, Kategori Pendampingan Kelompok Rentan, dan akan mewakili Sulawesi Tenggara di tingkat Nasional.

“Alhamdulillah, semoga pengharagaan ini bisa menginspirasi masyarakat luas untuk ikut terlibat dalam kerja-kerja perlindungan dan pencegahan kekerasan pada anak, dan untuk saya pribadi. Semoga dengan penghargaan ini semakin memacu dan memotivasi saya untuk lebih bersemangat lagi dalam mengedukasi masyarakat, tentang berbagai persoalan, utamanya persoalan pencegahan kekerasan pada anak yang kian memprihatinkan.” tandasnya. (Redaksi)

Komentar