Wakili Sultra, Mutawally Masuk Nominasi Nasional PAI Award 2024.
Buton Selatan
Penyuluh Agama Islam Kabupaten Buton Selatan, Mutawally (31), berhasil menorehkan prestasi membanggakan. Pria kelahiran Baubau 1 Mei 1993 ini, berhasil masuk nominasi Penyuluh Agama Islam (PAI) Award Tingkat Nasional Tahun 2024.
Keberhasilan Mutawally menjadi nomine PAI Award tertuang dalam Surat Keputusan Direktur Penerangan Agama Islam, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia, tentang Pengumuman Daftar Nomine Penyuluh Agama Isam Award Tahun 2024 pada Selasa (25/6/24).
Dalam keterangannya, Mutawally menjelaskan beberapa tahapan penilaian yang harus Ia lalui untuk bisa masuk menjadi nominasi nasional PAI Award. Adapun tahapan tersebut dimulai dari dari tingkat kab/kota, provinsi, dan nasional. Sedangkan komponen yang menjadi penilaian terdiri dari Portofolio, Video, dan Karya Tulis Ilmiah (KTI).
“Alhamdulillah, untuk sampai pada pencapaian ini kami harus melewati beberapa tahap penilaian, dimulai dari penilaian tingkat kab/kota, lalu tingkat provinsi sebanyak dua tahap. Kemudian para peserta yang berhasil juara I ditingkat provinsi, diberi rekomendasi untuk mendaftar sebagai peserta PAI Award Tingkat Nasional,” ungkapnya.
Selanjutnya, peserta yang terdaftar sebagai peserta PAI Award Nasional menjalani penilaian tahap I hingga menyisakan 10 nominasi terbaik disetiap kategori award, yang berjumlah delapan kategori.
Sebagai informasi, dalam ajang PAI Award 2024 ini, Mutawally mengikuti kategori II, yakni pendampingan kelompok rentan.
Ia mengangkat isu pencegahan kekerasan pada anak, yang dituangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah berjudul “Edukasi Pencegahan kekerasan pada Anak melalui Pojok Konseling Agama dan Keluarga (Ponsel Amal)”.
Mutawally beralasan bahwa isu kekerasan pada anak merupakan isu krusial yang akhir-akhir ini sedang mengemuka dan menjadi isu yang hangat dibicarakan, khususnya ditempat Ia bertugas, yaitu Buton Selatan.
Buton Selatan merupakan salah satu daerah dengan kasus kekerasan pada anak tertinggi di Sulawesi Tenggara, khususnya kekerasan seksual. Ini berdasarkan pada data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni-PPA) Tahun 2023.
“Tingginya fenomena kekerasan anak tersebut membuat jiwa saya terdorong untuk turun tangan, dan berbuat sesuai dengan basic dan kemampuan yang saya miliki,” seriusnya.
Mutawally punya cara lain dalam mencegah kekerasan pada anak. Ia memanfaatkan Ponsel Amal (Pojok Konseling Agama dan Keluarga), yang didirikan pada tahun 2022, untuk melakukan tindakan edukatif, berupa pengenalan pendidikan anti kekerasan pada anak ditempat Ia bertugas, Kecamatan Kadatua, Buton Selatan.
Mutawally berkeyakinan, bahwa tingginya kasus kekerasan pada anak yang terjadi di Buton Selatan, disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat tentang pendidikan anti kekerasan pada anak.
Berkat kontribusinya dalam mengedukasi masyarakat tentang pendidikan dan pencegahan kekerasan pada anak, Mutawally berhasil menjadi 10 nominasi terbaik pada ajang Penyuluh Agama Islam Award Tingkat Nasional, dan berhak mengikuti penilaian tahap II yang akan dilaksanakan Agustus mendatang, di Jakarta. (Redaksi)
Berita terkait :
Komentar