Amirul Tamim Bicara Porprov XIV Sultra, Kritis dan Konstruktif! (Lanjutan)

Dr H MZ Amirul Tamim MSi, mantan Wali Kota Baubau dua periode, mantan anggota DPR RI, anggota DPD RI.

Catatan sebelumnya ⬇️


Porprov adalah momentum

Amirul Tamim mengajak kita semua untuk menjadikan Porprov sebagai “momentum”, usai keterpurukan akibat pandemi covid-19 yang melanda negeri. Dapat dibayangkan ribuan orang sepekan berada di Baubau, ini seharusnya dapat ditangkap sebagai peluang oleh semua pihak. Tidak hanya pemerintah yang tergerak, tetapi juga masyarakat, sektor swasta, pedagang, entrepreneur, maupun pekerja freelance atau serabutan.

Membayangkan aktivitas para pengunjung Baubau, Amirul Tamim memperkirakan mereka yang datang hanya tidur sekitar lima jam dalam sehari semalam. Mereka berkegiatan kaitan dengan Porprov, beraktivitas lain misalnya hendak makan, minum, maupun melancong.

Dalam menyongsong, menyukseskan Porprov, diharapkan baik pemerintah maupun masyarakat, bersama-sama “membenahi/memoles” kota pemilik banteng terluas di dunia ini. Sehingga bisa menjadi daya tarik tersendiri, dan melalui tamu-tamu yang datang lah, dengan teknologi yang semakin baik, semakin canggih, mereka yang “menjual” daerah tercinta ini.

“Krisis pariwisata teratasi. Langkah berikutnya adalah bagaimana kita mengusahakan agar akses yang masuk di daerah kita ini, baik itu melalui udara, maupun laut, kita perkuat informasinya dan kita perkuat daya dukung transportasinya. Apalagi kalau dilihat Sultra dalam arti yang luas, kan ini daerah ‘Masa Depan’,” semangatnya.

Perbincangan terus mengalir, khas Amirul Tamim yang memang sejak dulu dikenal visioner, memiliki gagasan cemerlang untuk Baubau, dan Sultra dalam skala lebih luas. Oleh sebab itu kata dia, melalui Porprov, adalah sebuah moment yang patut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Satu hal yang juga dicermatinya, bahwa informasi, publikasi, sosialisasi terkait Porprov kali ini masih kurang masif alias tidak menggaung, atau dapat dikatakan terkesan tidak terlalu digaungkan. Sehingga momentum berharga ini, banyak pihak tidak bisa menangkapnya (Peluang dan manfaatnya). Namun begitu, Amirul Tamim tidak hendak atau tidak dalam kapasitas menyalahkan siapapun, dan dengan bijak ia mengajak untuk menjadikan segala kekurangan sebagai suatu pembelajaran, guna perbaikan kedepan.

Padahal menurutnya, metode untuk menggaungkan Porprov bisa dilakukan dengan banyak cara, dan dengan tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya pula, sebab sudah ada instrument yang bisa menggerakkannya. Melalui Pemerintah Kelurahan, Kecamatan, OPD-OPD, BUMD/Perusda, Lembaga Pendidikan, serta keterlibatan stakeholder lainnya. Gaungnya akan lebih menyebarluas dan sampai ke publik didalam maupun luar daerah, bahkan mancanegara.

Tidak kalah penting, adalah dengan merangkul insan Pers, rekan-rekan Wartawan/Jurnalis, bisa melalui ngopi bareng, atau suasana santai lainnya. Agar mereka merasa turut dilibatkan, pro aktif memberitakannya. Mengajak mereka berkomunikasi, sembari memberikan informasi, dan langsung meminta, apakah mereka mempunyai kreasi untuk menyambut event ini. Bisa pula dengan sekaligus menggandeng beberapa media, jangan terkesan pasif, atau bahkan menunggu Pers datang untuk mencari dimana sisi kekurangannya/ kelemahannya, atau hal negatifnya.

“Jadi kita berharap, dari momentum ini harus ada output terbaik, yang bisa membawa Sultra ini lebih terdepan. Dengan memanfaatkan potensi yang ada, dan seminimal mungkin biaya, pasti semua mau terlibat,” harapnya.

Amirul Tamim juga membayangkan, banyaknya fasilitas yang ada di Baubau, baik rumah tinggal, warung kopi, ruang publik, media online, elektronik, media cetak, semua sudah tersedia. Tinggal Pemkot atau Pemprov menata kata-kata dan informasi, dengan sedikit sentuhan, atau gerakan kreatif.

Tuan rumah yang baik


Amirul Tamim berpesan agar jadilah tuan rumah yang baik, menghargai semua tamu, dengan kelebihan serta kekurangannya, kemudian menjaga jangan ada efek-efek negatif, seperti perkelahian, atau saling mengejek. Melalui Porprov, kita tunjukkan pada dunia, bahwa semua warga masyarakat Sultra satu, kompak, bersaudara, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menjadi tuan rumah yang baik, tak hanya tugas kewajiban Pemda, melainkan juga masyarakat, para pelaku ekonomi, yang bisa menunjukkannya dengan memberikan pelayanan terbaik, ramah, penuh sopan santun, menjadikan tamu sebagai raja, dan memberikan tingkat kepuasan.

Para penjual saraba menjual saraba yang baik/nikmat, para penjual makanan jangan sampai menjual makanan yang basi atau berbahan layu. Kemudian berilah pelayanan dengan baik, penuh kejujuran, serta tanamkan bahwa Porprov untuk kita semua, dan manfaatnya sangat besar.

“Spiritnya adalah, dengan segala kekurangan, Porprov harus meninggalkan kesan, serta kenangan manis bagi semua pihak. Mari tutupi segala kekurangan dengan menjadi tuan rumah yang baik,” ajaknya.

Sejak masih menjabat sebagai Wali Kota Baubau, Amirul Tamim rupanya sudah memproyeksikan Baubau siap menjadi tuan rumah berbagai event besar, tingkat provinsi maupun tingkat nasional. Khususnya Porprov, pihaknya sudah menyiapkan perencanaan, dengan desain stadion, juga sarana penunjang fasilitas olahraga, namun saat itu terdapat kendala. Seingatnya, lokasi yang sudah disiapkan sekitar 20 Ha, kemudian juga beberapa venue yang memang dibutuhkan.

Kala itu pihaknya juga mengajak berbagai pihak untuk mengambil peran dalam menyiapkan fasilitas tinggal, seperti hotel-hotel, penginapan-penginapan. Tanpa mengajak investor untuk membangun hotel di Baubau, tetapi lebih mengutamakan pengusaha lokal, selain juga rumah-rumah pribadi, tanah-tanah pribadi yang bisa dimanfaatkan, agar supaya aktivitas perekonomian tidak keluar. “Dan itu bisa, harus dimainkan seperti itu,” semangatnya.

Rusun ala Wisma Atlet


Konsep rumah susun sebagai wisma atlet sementara, ini juga dijabarkan Amirul Tamim, dalam perbincangan kami. Masih dalam suasana sejuk sepoi-sepoi angin berhembus, di Villa Nirwana, dengan panorama nan eksotik.

Rumah susun yang dibangun diera kepemimpinannya sebagai Wali Kota Baubau (Rusun Wameo dan Rusun Kotamara), Amirul Tamim yakin, bahwa warga yang menempatinya bisa diajak untuk bekerjasama, dan bisa menguntungkan bagi mereka. Memanfaatkan Rusun untuk ditinggali kontingen peserta Porprov, disini penghuni Rusun bisa diuntungkan berkali lipat.

Pertama, yang menjadi tugas Pemda adalah merenovasi Rusun terlebihdahulu, dilakukan perbaikan, pengecatan, pemenuhan fasilitas seperti lampu penerang, saluran air bersih, toilet, serta tak kalah penting sanitasi. Kedua, Rusun disewakan selama perhelatan Porprov.

Dijelaskan Amirul Tamim, bahwa Rusun yang dulu dibangun untuk ditempati warga berpenghasilan rendah, dengan diselenggarakannya Porprov, bisa ditawarkan ke para penghuni Rusun untuk mereka sewakan. Dengan komunikasi yang baik, berorientasi pada keuntungan bagi penghuni, bila memungkinkan, selama sepekan mereka (Penghuni Rusun) menempati dulu rumah keluarga, sehingga para tamu bisa tinggal/menempatinya sementara, membayar uang sewa ke para penghuni.

“Jadi ketika selesai acara, mereka (Penghuni Rusun) kembali ke rumahnya masing-masing, sudah lebih bagus, dan mereka juga mendapat keuntungan dari uang sewa,” kata Amirul Tamim.

Alternatif lainnya, lanjut Amirul Tamim, yakni mengerahkan para Lurah menghandle rumah tinggal sementara kontingen Porprov. Misal dari 43 Lurah di Baubau, 20 Lurah yang wilayahnya dalam kota, dibantu jajarannya, bisa menyiapkan rumah milik warganya, serta memastikan semua fasilitasnya terpenuhi. Dengan begitu dapat memaksimalkan pemanfaatan rumah-rumah warga, sehingga warga yang mendapatkan uang sewa rumah tinggal yang dibayarkan oleh kontingen.

Begitu pula dengan Rumah toko atau Ruko yang baru dibangun atau sudah lama dibangun tetapi belum difungsikan. Jumlahnya tidak sedikit baik didalam maupun pinggiran kota. Ruko ini juga bisa dimanfaatkan untuk rumah tinggal kontingen Porprov.

Akumulasi memaksimalkan pemanfaatan Rusun, rumah-rumah warga, maupun Ruko tersebut untuk tempat tinggal sementara atau pondokan atau posko kontingen Porprov, adalah agar tidak perlu lagi menggunakan gedung-gedung sekolah untuk itu. Sebab menjadi ironis, bila anak-anak kita harus diliburkan/tidak menjalani aktivitas belajar mengajar di sekolah, hanya karena gedung sekolah mereka digunakan untuk tempat tinggal sementara atau pondokan atau posko kontingen Porprov.

Dari hal yang disampaikannya, saya menangkap bahwa Amirul Tamim membeberkan trik-trik sederhana, namun mengarah sepenuhnya pada orientasi keuntungan bagi warga Baubau, mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tentu saja perhelatan event dengan persiapan matang yang jauh hari sebelumnya sudah dilakukan, dengan mengkalkulasi segala kemungkinan, meminimalisir kekurangan/ kelemahan, dapat mencapai hasil yang lebih maksimal.

Muncul dalam benak saya, teringat kembali istilah “Panen Tahunan Masyarakat Baubau”. Istilah ini pernah populer dizamannya, dulu, ketika event-event besar terselenggara di Baubau, menggaung, begitu ramainya, gegap gempita semaraknya, hingga mampu memicu animo serta euforia masyarakat, untuk ikut ambil bagian, merasa ikut dilibatkan, merasa memiliki, ikut menyukseskannya.

Serba-serbi

Amirul Tamim lantas mengenang kembali era kepemimpinan Gubernur Sultra H Nur Alam. Saat itu Baubau ditunjuk sebagai tuan rumah event besar, yakni HUT Sultra. Rangkaian acaranya pun cukup padat, diisi dengan berbagai item kegiatan, maka meluaplah Baubau dengan ribuan orang pengunjung/peserta.

Dapat dibayangkan, seluruh Kepala Desa se- Sultra, yang berjumlah sekitar 2000-an, datang ke Baubau. Setiap satu Desa juga membawa rombongan, dan belum lagi instansi Pemprov juga aparatur Pemerintah kabupaten/kota se- Sultra, juga para tokoh masyarakat, tokoh perempuan, tokoh pemuda, BUMD/Perusda, dan delegasi lainnya.

Untuk event berskala nasional, Festival Keraton Nusantara (FKN) juga diselenggarakan di Baubau kala itu, dihadiri kontingen dari masing-masing Keraton, Kerajaan, Kesultanan se- Indonesia. Para tamu yang hadir pun mengecap kesan indah, dan membawa pulang seuntai kenangan manis dari daerah eks Kesultanan Buton yang dahulu kala telah menuai kejayaan, dengan potensi pelabuhan perniagaan, sebagai penghubung jalur pelayaran wilayah barat dan timur Indonesia ini.

Kembali pada Porprov, Amirul Tamim menambahkan, bahwa melalui event ini juga dapat dilihat bagaimana masyarakat berekspresi untuk menanggulangi hidupnya, dengan berbagai aktivitas. Misalnya hendak berjualan apa saja ditepi jalan, meskipun dengan mengabaikan keteraturan, dan keindahan kota. Melalui momentum ini Pemda bisa menata aktivitas warga, yang tentunya dengan pendekatan persuasif, memberikan pemahaman rasional, bahwa daerah kita akan kedatangan tamu dari luar daerah, sehingga elok kiranya, kita bersama-sama saling menjaga etika dan estetika kota yang kita cintai ini.

“Sehingga yang tadinya kelihatan jorok disuatu titik, bisa diminta untuk mundur-mundur sedikit, kita rapikan yah, Pemda ikut terlibat membantu masyarakat. Atas alasan itu kita minta seluruh stakeholder, termasuk DPRD juga agar tolong dukung,” jelasnya.

Amirul Tamim berpendapat, bahwa Porprov dapat menjadi ruang dan waktu yang tepat untuk melakukan penataan kota, karena pada saatnya nanti, manfaatnya juga dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

Bahkan sampai hal wong cilik pun masih menjadi perhatian seorang Amirul Tamim. Seperti para penjual pisang goreng, yang jauh hari sebelumnya sudah harus dipastikan stok pisang dagangan mereka. Begitu pula untuk para penjual ikan bakar, ikan parende, harus sudah bisa dipastikan stok ikan segar mereka, bila perlu disiapkan cold storage. Hal ini kata dia, sebagai langkah antisipasi untuk memastikan ketersediaan bahan baku yang akan dijual para pelaku usaha kuliner, sebab melayani ribuan orang yang berkunjung di Baubau.

Lain lagi perlakuan bagi para penjual kasoami (Makanan khas Baubau dari bahan baku singkong/ubi kayu), yang sebelum perhelatan event, bisa dilatih bagaimana menyajikan kasoami yang enak, higienis, dan bisa memiliki daya tarik tersendiri.

“Sesungguhnya bukan kerja berat, kalau perencanaan, dan persiapannya lebih matang. Cuma permainan-permainan seni, mengkoordinasikan, mengkomunikasikan secara internal maupun eksternal, serta meyakinkan masyarakat, bahwa ini murni untuk mereka, dan untuk kemajuan daerah,” pungkasnya. (***)

Catatan LM Irfan Mihzan

(Pendiri Kasamea.com)

Komentar