Waspada! Ternyata Ini Penyebab Cuaca Ekstrim yang Melanda Baubau

Kalaks BPBD Baubau, La Ode Muslimin Hibali SE MSi

Baubau

Cuaca di Baubau Sulawesi Tenggara (Sultra) berangsur membaik, setelah Senin (21/2/22) sempat membuat cemas karena terjadinya banjir, akibat hujan deras disertai angin kencang, ombak besar air laut, tak luput genangan air di beberapa ruas jalan.

Titik terdampak, di Kelurahan Ngkari-ngkari, dan Kelurahan Liabuku menyebabkan tujuh rumah, satu rumah makan, dan pondok pesantren, serta area persawahan terendam banjir.

Di Kelurahan Wameo, dan Kelurahan Wale pesisir pantainya diterjang ombak besar, yang mengakibatkan 10 rumah makan di area rumah susun, pasar ikan, hancur dan rusak berat. Juga jebolnya tanggul pantai kamali. Beruntung tak ada korban jiwa.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD Baubau) tengah merangkum data kerugian bencana, dan mengupayakan hal mendesak merehabilitasi tanggul pantai kamali, dan relokasi rumah makan area rumah susun, pasar ikan wameo.

“Perkiraan kerugian di pasar wameo ditaksir berkisar sebesar 300 juta rupiah untuk bangunan dan beberapa alat pedagang yang rusak akibat air laut yang naik ke permukaan jalan,” kata Kepala Pelaksana (Kalaks) BPBD Baubau, La Ode Muslimin Hibali, dikonfirmasi Selasa (22/2/22), di kantornya.

Muslimin mengimbau, masyarakat diharapkan tidak panik, tetap berdiam di rumah bila tidak ada kepentingan, dan keperluan di luar rumah. Cuaca ekstrim tidak dapat dihindari, tetapi setidaknya upaya meminimalisir resiko perlu, dan akan dilaksanakan.

Langkah penanganan, BPBD Baubau menurunkan Tim Pantau selaku penanggungjawab Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan,
bekerjasama dengan Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, bersama Kasubag, serta Satgas BPBD Baubau.

“Himbauan kepada masyarakat kalau pergi keluar pada saat angin kencang atau curah hujan tinggi, selalu menghindari pohon-pohon yang sudah tua, yang mudah rubuh,” ucapnya.

Stasiun Meteorologi Kelas III Betoambari Baubau

Sementara itu, Stasiun Meteorologi Kelas III Betoambari Baubau (Stamet Betoambari), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), merilis kondisi pemicu cuaca ekstrim dimaksud. Akibat hujan lebat disertai angin kencang yang terjadi dari awan Cumulonimbus (CB). Mengakibatkan angin kencang yang teridentifikasi pada 20 Februari 2022, Pukul 22.00 Wita, sebesar 22 knot. Kemudian pada 21 Februari 2022, Pukul 12.30 Wita, sebesar 31 knot.

Sumber data AWOS Stamet Betoambari. Curah hujan pada 20 Februari 2022 tercatat 82 mm, sementara pada 21 Februari 2022, saat kejadian sudah tercatat sebesar 24 mm (hingga pukul 06.00 UTC) Analisis Cuaca Sementara.

Berdasarkan analisis anomali suhu muka laut bernilai positif (0.5-1.0°C) di perairan Baubau, serta suhu muka laut 31 °C. Analisis streamline menunjukkan adanya konvergensi di wilayah Sultra.

Indeks Global SOI signifikan (+10.8) dan NINO 3.4 signifikan (-0.57) Terdapat Gelombang Equatorial Rossby dan Kelvin yang aktif di wilayah Sulawesi MJO berada di kuadran 3 yang berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan.

Data kelembaban udara pada ketinggian 850 mb dan 700 mb mencapai 90% di wilayah Baubau.

Dijelaskan Prakirawan Stamet Betoambari, Yamin Saleh Saidu, prakiraan cuaca, di wilayah Baubau hujan masih berpotensi terjadi, sebab memasuki musim hujan. Indeksnya berbeda dengan hujan yang terjadi tanggal 20 Februari 2022.
Gelombang air laut di perairan Selatan Baubau, kategori menengah.

“Jadi kalau untuk penyeberangan wanci dan batu atas masih terbilang tinggi kategori rendah, berkisar antara 5,5 sampai 2,7 meter. Penyebabnya itu angin. Karena di kutub utara australia ada siklus. Itulah menyebabkan angin yang ditarik siklus, jadi mempengaruhi wilayah yang dilewatinya,” jelasnya, dikonfirmasi, Selasa (22/2/22).

Untuk peringatan dini pelayaran, lanjut Yamin, Stamet Betoambari langsung menyampaikan informasi ke pihak ASDP juga KUPP, bila terjadi gelombang tinggi air laut, atau prakiraan cuaca menunjukkan potensi gelombang tinggi air laut. Biasanya ASDP atau KULP yang
memberikan himbauan kepada perusahaan pelayaran, atau pemilik kapal, terkait larangan berlayar.

Yamin menambahkan, pihak pemberi serta pengguna jasa pelayaran agar selalu memantau situasi cuaca di BMKG, mengantisipasi bila gelombang air laut atau angin kencang, sebelum melakukan pelayaran.
[Red]

Komentar