Tokoh Literasi Berbagi Kiat Tingkatkan Budaya Membaca

Bachtiar Adnan Kusuma menyerahkan sebuah buku kepada Pendiri Kasamea.com LM Irfan Mihzan.

Baubau

Tokoh literasi dan penulis nasional, Bachtiar Adnan Kusuma (BAK), membagikan kiat untuk meningkatkan budaya membaca, dimulai dari usia subur pra menikah, menikah, dan pasca menikah.

Ketua Forum Nasional Perkumpulan Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional ini mengatakan, membaca dan menulis ibarat mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Pra menikah, asupan literasi harus sudah ditanamkan kepada calon pasangan usia subur.

“Jadi ketika dia menikah, mulai dari hamil dia sudah membaca buku-buku tentang bagaimana merawat jabang bayi ketika lahir, dia baca referensi, memperkaya pengetahuannya. Kemudian suaminya membaca buku-buku tentang bagaimana menjadi ayah hebat dimata anak-anaknya,” urai akademisi asal Sulsel ini.

Disitulah lanjut dia, akan terbentuk keluarga-keluarga yang gemar membaca, karena bayangkan asupan gisi literasi itu ditanamkan ketika masih mengandung. Yakin dan percaya, pendidikan yang baik itu adalah pendidikan yang dimulai dengan contoh-contoh yang baik.

Bukan tanpa dasar Bachtiar menekankan hal tersebut, sebab Ia sendiri sudah menerapkannya dalam keluarganya.

Sang puteri yang saat ini sudah menjadi dokter (dr Dea), sejak umur tiga tahun sudah lekat dengan buku-buku. Jadi karena terbiasa terbentuk di rumah ada buku-buku, ada komunitas baca, sehingga menjadi ala bisa karena biasa.

Kebiasaan yang tumbuh berkembang, kata Bachtiar, saat ini puterinya sudah menjadi dokter. Metode inipun berlanjut ia terapkan ke cucunya, yang saat ini meskipun masih balita, sudah lancar berbahasa Inggris, dari belajar ototidak.

“Setiap cucu saya bangun tidur, dia langsung tanyakan buku,” ucapnya.

Bachtiar sudah membentuk budaya membaca sejak sang puteri (dr Dea) masih hamil, dengan membelikannya buku-buku.

Saat ini Bachtiar tengah mengkampanyekan pembentukan ekosistem budaya membaca, dimulai dari pasangan usia subur pra menikah, menikah, dan pasca menikah.

Menurutnya, pemerintah juga harus menggerakkan. Tidak akan berhasil bila pemerintah hanya melakukan pendekatan formalistik dengan basis anggaran, tidak ada sustainable.

“Hari ini kita buat kegiatan roadshow, habis uang, besok tidak ada efeknya. Ini harus diedukasi masyarakat, dan anak-anak muda paling penting, semua stekholder. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan, pemangku kebijakan,” jelas Deklarator Perkumpulan Penulis Profesional Indonesia Pusat ini. (Redaksi)

Komentar