Fuel Terminal Baubau Backbone Suplay BBM Sulawesi

kasamea.com BAUBAU

Fuel Terminal Baubau PT Pertamina (Persero) sebagai tulang punggung (Backbone) suplay Bahan Bakar Minyak (BBM) wilayah Sulawesi, konsisten memaksimalkan pelaksanaan tugas dari Negara, dalam menerima, menyimpan, serta mendistribusikan BBM.

Berita lainnya

Fuel Terminal Baubau adalah pengembangan dari Depot Pertamina (Depot lama) yang terletak di Kelurahan Lipu Kecamatan Betoambari Kota Baubau. Depot ini dibangun pada tahun 1981, saat itu Betoambari masih wilayah Kabupaten Buton, belum terbentuk Kota Baubau, dan hanya melayani wilayah sekitar Buton.

Tugas Depot Pertamina di seluruh Indonesia sama, yakni menerima, menyimpan, dan mendistribusikan BBM.

Kemudian dibangunlah Terminal Transit Bahan Bakar Minyak (TT BBM) Baubau, yang resmi beroperasi pada 10 Februari 2012. Sebagai Marketing Operation Region VII,
TT BBM Baubau meningkatkan kehandalan pasokan serta mengurangi biaya distribusi BBM diwilayah Sulawesi.

Seterusnya, TT BBM Baubau saat ini menjadi Fuel Terminal Baubau, yang kini dipimpin Adi Rachman selaku Manager Fuel Terminal Baubau.

Adi Rachman menjelaskan, sebagai tulang punggung suplay BBM wilayah Sulawesi, distribusi BBM Fuel Terminal Baubau terdiri atas beberapa jenis, dan yang terbesar adalah konsinasi, menyuplai BBM untuk 17 lokasi Fuel Terminal yang ada di Sulawesi. Posisi paling Utara di Tambuna, paling Timur di Banggai, dan di Barat ada Donggala, dan Poso.

Ada tiga Depot penyuplai utama di Sulawesi, yakni Makassar, Baubau, Bitung. Untuk volume penyaluran sebagian Fuel Terminal ini, disuplay dari Fuel Terminal Baubau.

Kata Adi Rachman, Fuel Terminal Baubau tetap menjalankan distribusi lokal, meskipun tak sebesar Kota-Kota lainnya.

“Yang besar disini untuk distribusi via laut,” kata Adi Rachman.

Mantan Manager Fuel Terminal Banggai ini menyebutkan, distribusi lokal terbesar adalah suplay untuk PLN, menggunakan mobil tangki. Sisanya, untuk pemakaian masyarakat di SPBU, dan agen minyak tanah.

“Untuk minyak tanah, murni hanya untuk penyaluran di darat, dengan menggunakan mobil tangki,” sebutnya.

Pihaknya, lanjut Adi Rachman, menerima Premium, Pertalite, Pertamax, serta Bio Solar, dari kapal 30.000 KL, yang disalurkan ke tangki penampung, untuk selanjutnya dosalurkan lagi ke kapal-kapal kecil, untuk disalurkan ke Depot lain. Selain konsinyasi ke Depot lain yang disalurkan melalui kapal, ada pula untuk Industri. Beberapa konsumen juga ada yang langsung mengambil BBM melalui kapal.

Selebihnya, semua suplay darat, termasuk kapal penyeberangan ASDP, ada yang didistribusikan melalui mobil tangki, dibawa ke Pelabuhan, dan ada pula kapal yang langsung sandar di dermaga Fuel Terminal Baubau.

“Minyak tanah kita masih ada, dan karena fasilitas di Depot lama masih bisa dimanfaatkan, sementara ini untuk kegiatan distribusi minyak tanah dari kapal, kita terimanya di depot lama. Penyalurannya dengan mobil tangki juga di Depot lama. Untuk mengurangi beban Fuel Terminal,” urainya.

Kedepannya, kata Adi Rachman, Depot lama dan Fuel Terminal Baubau akan dijadikan satu. Saat ini tengah dipersiapkan pembangunan jalur pipa dan sarana mobil tangki.

Adi Rachman menghitung, BBM yang keluar dari Fuel Terminal Baubau, baik untuk kegiatan konsinyasi ke sesama Depot Pertamina, juga ke Industri, termasuk penyaluran di darat, realisasinya sekitar 145.000 KL per bulan (145juta Liter).

Ia pun mengakui terjadi penurunan volume sepanjang pandemi covid-19 melanda. Secara nasional juga demikian, tak hanya di Baubau, konsumsi BBM dipastikan menurun.

Di Fuel Terminal Baubau penurunannya tidak signifikan seperti yang terjadi di Jawa. Dalam pemberitaan, secara nasional, penurunan hampir 50 persen, sedangkan Fuel Baubau penurunannya hanya dibawah 10 persen.

“Untuk volume kegiatan kita, baik yang konsinyasi maupun sales ke konsumen tadi (penurunan dibawah 10 persen akibat pandemi covid-19),” jelasnya.

[RED]

Komentar