Hadiri Posuo Puteri H Zahari, Wa Ode Nursanti Monianse: “Potret Jati Diri Kebutonan”

Wa Ode Nursanti Monianse, Hj Wisni Saidoe, Hj Sry Susanti Zahari, Nining Basiran, mengenakan pakaian adat Buton nan elegan.

Baubau

Istri mantan Walikota Baubau, La Ode Ahmad Monianse, Wa Ode Nursanti Monianse, menghadiri Posuo puteri sulung Ketua DPRD Kota Baubau, H Zahari, dr Yulis Aprilia Azzahra. Tradisi masyarakat adat Baubau (Eks Kesultanan Buton) yang umum dikenal dengan pingitan ini, digelar di rumah kediaman Zahari, Kelurahan Wajo Kecamatan Murhum.

 

Nursanti yang pernah menjabat Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Baubau, sangat mengapresiasi Posuo yang diselenggarakan H Zahari bersama keluarga.

Menurutnya, acara adat seperti ini sudah seharusnya terus dijaga dan dilestarikan. Karena selain sebagai warisan leluhur, juga sebagai bukti eksistensi, peradaban Kesultanan Buton.

“Selain unik, ritual Posuo sarat dengan makna, sehingga penting bagi generasi untuk mengetahui dan turut melestarikannya. Tradisi, adat, budaya adalah kebanggaan kita bersama,” kata Nursanti, ditemui diakhir prosesi Posuo, Kamis (25/4/24) petang.

Sebagai sesama putera-puteri daerah Baubau/Buton yang mewarisi tradisi leluhur, Nursanti menyebutkan, jati diri Kebutonan dalam keluarga Zahari, sangat kental. Masih terus melestarikan tradisi, adat, budaya, menjaga nilai-nilai kearifan lokal Negeri Sara Pataanguna.

Mengingat dirinya sewaktu masih aktif menjalankan program kerja Dekranasda, bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, mereka menyelenggarakan kegiatan sosialisasi dan pelatihan, yang bertujuan untuk pelestarian adat dan budaya.

“Kita selenggarakan sosialisasi, pelatihan mengisi talang saat ritual, acara-acara adat, budaya. Kemudian juga tata cara memakai baju adat seperti yang kita pakai sekarang ini, termasuk pengembangan karya pengrajin tenun, pakaian adat Buton,” urainya.

Iapun berharap, kegiatan adat budaya terus dilestarikan (Dilakukan) oleh masyarakat eks Kesultanan Buton, khususnya Kota Baubau. Agar dapat terus terwariskan kepada anak cucu generasi selanjutnya.

Dalam Posuo kali ini, puteri sulung Zahari ditemani 10 gadis/remaja lainnya, yang tak lain adalah keluarga, kerabat dekatnya.

Seluruh ritual adat berjalan lancar dan hikmat, khas nuansa kearifan lokal Baubau (eks Kesultanan Buton). Pada hari pertama dan hari terakhir Posuo, para gadis yang dipingit mengenakan pakaian adat Buton nan elegan, begitu juga para tamu undangan yang hadir, yang mayoritas adalah perempuan.

Zahari menyampaikan rasa terima kasih kepada keluarga besarnya, kerabat, serta semua pihak, yang telah ikut membantu sehingga Posuo berjalan lancar, tanpa kendala berarti. Ia juga mengungkapkan rasa syukur atas terlaksananya Posuo ini, sekaligus menjadi suatu kebanggaan, masih bisa terus melestarikan adat, budaya Buton. (Redaksi)

Berita terkait ⬇️

 

 

 

 

Komentar