“Mimpi” Kota Baubau Penghasil Hafidz Al Quran!

Baubau

Negeri Khalifatul Khamis, begitu Kota Baubau kerap disebut. Pemilik benteng terluas di dunia ini terus berkembang seiring peradaban zaman, modernisasi, kemajuan dunia informasi teknologi, yang perlahan juga akan mampu mengikis akar budaya kearifan lokal, terpenting kehidupan religius, nuansa Islami yang sudah sejak dahulu kala terpatri, terimplementasi dalam kehidupan masyarakat tana Wolio ini.

Tahun 2017 awal terinisiasinya Tahfidz Weekend, sekaligus cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Tahfidz Al-Madinah Baubau. Tidak muluk-muluk, awalnya Lembaga ini hanya sekedar memanfaatkan remaja Masjid, yang notabene banyak nongkrong di Masjid, agar mengisi waktu lowong dengan kegiatan yang berarti.

Sang pelopor Latang S.Pd. I, Lc., M.A selaku Direktur Tahfidz Weekend & Pondok Pesantren Tahfidz Al-Madnah. Beralamat di Kelurahan Bukit Wolio Indah Kecamatan Wolio Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara.

Ditemui di Pondoknya, anak muda asal Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan ini menginjakkan kakinya di Kota Baubau sejak 2007, usai menyelesaikan pendidikan (dakwah) S1-S2 di International University Medium Malaysia.

Latang berkisah, awalnya Tahfidz Weekend mendapat sedikit penolakan dari orang perorang warga sekitar. Namun, berjalan dua tahun, respon masyarakat menjadi sangat baik.

Peserta didik Pesantren Weekend inipun awalnya hanya warga sekitar pondok, perlahan kemudian berkembang. Kata Latang, menyusul Tahfidz Weekend yang proses belajar mengajarnya secara langsung (On Campus), Iapun membuka Tahfidz Online, memanfaatkan media sosial (Whatsapp Group), dengan prioritas peserta didik warga Kabupaten Buton, dan sekitarnya.

Di Pondok yang didalamnya juga disucikan sebagai Masjid ini, Tahfidz yang tadinya hanya digelar sekali pertemuan dalam sepekan, terus berkembang. Sehingga oleh Latang diperluas dengan mendirikan sebuah Pesantren. Nah sampai saat ini para santri bisa belajar selama 24 jam.

Target Pesantren agar bisa mencapai Hafidz 30 Juz,”insyaAllah dalam tiga tahun. Awalnya Cuma wiken (weekend), sekarang bisa setiap hari menghafal. Alhamdulillah sudah ada sembilan santri, baru dibuka sekitar sembilan bulan. Sembilan santri diasramakan disini, bisa mencapai target setiap hari menghafal satu halaman, ada yang sudah sampai lima juz, dalam waktu sembilan bulan ini,” kata Latang.

Latang mengungkapkan, target Pesantren Tahfidz Al-Madinah menjadikan Kota Baubau penghasil hafidz Al Quran. Ia menambahkan, sebagaimana Kota Pare-Pare, yang terus bergerak, menggalakkan Pesantren Tahfidz, mengadakan program hafalan Al Quran.

“Kami ingin mencapai percepatannya seperti itu, memang harus ada pesantren, bukan sekedar Tahfidz weekend,” semangatnya.

Pesantren Tahfidz Al-Madinah menerima peserta didik tingkat SD, SMP, SMA,”kalau SMP dalam tiga tahun itu minimal 15 Juz, kemudian lanjut ketingkat SMA. Kalaupun ada yang dalam tiga tahun sudah mencapai 30 Juz, tinggal kita kasi waktu lagi untuk menyiapkan diri berdakwah, menjadi khatib, menjadi Imam,” tuturnya.

Saat ini Pesantren Tahfidz Al-Madinah dalam proses mendapatkan izin operasional dari Kantor Kementerian Agama Kota Baubau. Juga telah mendaftarkan diri agar para santri bisa ikut Ujian Nasional, ujian persamaan,”istilahnya di madrasah diniyah, jadi kedepan mereka dapat dua ijazah, ijazah hafalan, dan ijazah formal untuk bisa melanjutkan sekolah,” kata Latang.

Melawan Radikalisme

Isu radikalisme, aliran tertentu, rupanya sempat menerpa Pesantren Tahfidz Al-Madinah. Seorang santri sempat dilarang untuk berlama-lama berada di Masjid Pesantren Tahfidz Al-Madinah, karena orang tua santri resah dengan maraknya ajaran-ajaran radikalisme, aliran tertentu.
Mengantisipasi isu negatif tersebut, Latang melakukan silaturahim rutin, dan menunjukkan kepada orang tua santri, prestasi, pencapaian anak mereka,”sebelumnya anaknya tidak bisa apa-apa, tidak bisa tampil didepan, tidak punya hafalan, tidak bagus bacannya, kami buktikan lewat itu. Mungkin pulang ke rumah dan mengaji, mungkin orang tuanya dengar, dan kami publikasikan dimedia, bahkan jadi Imam Sholat Witir Ramadhan kemarin, alhamdulillah,” cerita Latang, bersyukur.

Sejak itu respon masyarakat bagus, bahkan menyerahkan sepenuhnya para santri kepada kami,” kalau bisa pak ustadz ajarkan anak kami, atau kasi mereka amanah supaya menjadi mc dalam acara-acara repson masyarakat,” katanya.

Latang mengungkapkan, ada satu yang menjadi kebanggaan umat Islam, punya bahasa persatuan, bahasa Arab. Dalam lantunan Adzan, dalam menunaikan sholat menggunakan bahasa arab. Dan ada Al Quran yang menyatukan.

“Alhamdulillah disekitar kita ini sudah mulai berkurang yang mabuk-mabukan, tidak ada lagi yang nampak dijalan, kecuali mereka sembunyi. Sekarang sudah tenang, terbukti juga disini sudah ada tempat pengajian Al Quran, yang kami tujukan untuk anak-anak warga sekitar pondok, untuk warga terdekat,” jelasnya.

Pihaknya kata Latang, senantiasa mendengar, menerima masukan dari masyarakat, sebagai respon, rasa memiliki, dan manfaat hadirnya Pesantren Tahfidz Al-Madinah ini. Juga warga sekitar yang sering menjadi Imam Sholat berjamaah di Masjid Pesantren Tahfidz Al-Madinah.

Seperti Pondok Pesantren lainnya, Latang juga menerapkan disiplin, rutinitas menghafal, setor hafalan baru, sampai dengan mengulang hafalan yang lama. Yang menjadi penting pula, Latang menambahkan, pihaknya menekankan, bukan harus banyak hafalan, tetapi lancarnya hafalan. Senin-Jumat dapat hafalan baru, dan Sabtu-Minggu, ujian seluruh hafalan yang lama, sehingga para santri termotivasi untuk selalu mengulang hafalan.

“Sekarang orang membutuhkan Imam yang lancar hafalannya, dan kami menyiapkan seorang Imam yang lancar hafalannya. Santri yang siap menjadi Imam,” tambahnya.

~ Vonizz report ~

Komentar